Borobudur, Aktual.com – Pengelola “Kampoeng Dolanan Anak Nusantara” di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mengusung wahana permainan tradisional tersebut ke salah satu mal di Kota Klaten, sebagai sarana sosialisasi warisan budaya, terutama kepada anak-anak setempat.
“Mulai besok (Sabtu, 12/9) sampai Senin (14/9), ‘Kampoeng Dolanan’ yang kami kelola bersama tim akan hadir di Klaten, ada kerja sama untuk membikin zona itu di mal tersebut,” kata pengelola “Kampoeng Dolanan Anak Nusantara” Dusun Sodongan, Desa Bumiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang Abbet Nugroho, di Borobudur, Jumat (11/9).
Ia tidak menyebut nama mal tersebut, akan tetapi berbagai aktivitas kreatif terkait dengan pameran seni budaya dolanan anak dan perlombaan permainan tradisional anak, menjadi sajian khusus pengunjung tempat tersebut selama tiga hari.
Pada kesempatan itu, ia menyebut memboyong “Kampoeng Dolanan Anak Nusantara” dari Borobudur ke Klaten karena terdapat kesamaan visi dan misi kedua pihak yang terkait dengan penyebarluasan nilai-nilai karakter bangsa.
“Ini yang pertama kami lakukan, kami siap menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengisi ruang dan kegiatan yang terkait dengan permainan tradisional anak, karena manfaat untuk pendidikan dan pembentukan karakter cukup signifikan,” katanya.
Ia mencontohkan, berbagai permainan tradisional anak tersebut, antara lain egrang batok, egrang bambu, gasing, dan erek-erek.
Pengunjung, terutama kalangan anak-anak, kata Abet, yang juga Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Kabupaten Magelang itu, bisa dengan leluasa memainkan berbagai permainan tradisional di mal tersebut.
“Ini menjadi kampanye cinta permainan tradisional, di dalam permainan itu terdapat nilai-nilai luhur bangsa, seperti gotong-royong, sportivitas, dan kejujuran,” katanya.
Pihaknya juga menggelar perlombaan yang terkait dengan permainan tradisional nusantara, seperti tembang dolanan, congklak atau dakon, egrang bambu dan egrang batok, serta mewarnai gambar dengan tema dolanan tradisional.
Peserta perlombaan, katanya, kalangan anak-anak tingkat pendidikan anak usia dini, taman kanak-kanak, sekolah dasar, serta masyarakat umum.
Ia mengemukakan kemungkinan wahana tersebut menarik pengunjung di kota setempat, apalagi kawasan tersebut termasuk perkotaan dengan anak-anak yang umumnya tidak lagi mengenal permainan tradisional dan relatif sedikit ruang untuk mereka melakukan permainan tradisional.
Pengunjung, katanya, juga bisa membawa pulang aneka suvenir, berupa permainan tradisional untuk anak-anak.
“Diharapkan permainan tradisional anak semakin hidup pada masa mendatang dan turut menjadi bagian dari pembentukan karakter luhur bangsa,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh: