Jakarta, Aktual.com — Mantan Plt Dirut PT Pertamina (Persero) Muhammad Husen meminta Dewan Direksi Pertamina saat ini agar berhati-hati membuat strategi. Terutama strategi konsinyasi yang dilontarkan Dirut Pertamina, Dwi Soetjipto untuk mengurangi penggunaan dolar dalam mengimpor BBM.

“Segala kemungkinan adanya Mafia Migas model baru dalam strategi tersebut bisa saja ada. Apalagi untuk mengimpor BBM perhari Pertamina membutuhkan 70-80 juta USD per hari,” kata dia saat dihubungi Aktual.com Jumat (11/9).

Husen juga meminta Direksi Pertamina saat ini untuk mampu menghilangkan stigma negatif adanya mafia migas yang bermain di BUMN tersebut.

Sebelumnya PT Pertamina (Persero) sedang merencanakan strategi konsinyasi, menggandeng pihak ketiga untuk mengurangi kebutuhan dolar AS dalam mengimpor BBM tiap hari.

Lingkar Studi Strategis (Lingstra) menilai strategi tersebut merupakan cara baru yang dilakukan mafia dalam menguasai bisnis energi terutama persoalan minyak di Indonesia.

“Ini cara kartel, tidak pakai tender dan pada akhirnya menjadi ekonomi biaya mahal yang harus ditanggung seluruh masyarakat,” demikian disampaikan Direktur Lingstra, Iqbal Nusantara kepada Aktual, Jumat (11/9).

Menurut Iqbal, Pertamina seharusnya menjalankan proses tender yang transparan. “Juga jangan menggunakan fasilitas storage yang dimiliki Pertamina.”

Sebagai informasi, PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan strategi untuk mengatasi tingginya kebutuhan dolar Amerika Serikat (AS) dalam mengimpor Bahan Bakar Minyak (BBM) tiap hari. Dalam sehari saja kebutuhannya mencapai US$ 60-80 juta.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengungkapkan strateginya adalah dengan metode konsinyasi. Yaitu akan ada pihak ketiga atau swasta untuk mengimpor BBM.

Namun pihak swasta harus membangun penampungan BBM (storage) di dalam negeri.‎ Kemudian, Pertamina akan membeli BBM‎ dari pihak swasta tersebut dengan skema business to business (b to b).

Pembeliannya nanti bisa menggunakan mata uang rupiah.‎‎ Sehingga Pertamina tidak perlu lagi menguras pasokan dolar di dalam negeri. Ini akan diupayakan dapat terealisasi dalam waktu dekat.

Editor: Arbie Marwan

 

Artikel ini ditulis oleh:

Eka