Jakarta, Aktual.com — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memperbaiki sistem teknologi informasi (IT) layanan “electronic banking”(e-banking) untuk mengatasi penyalahgunaan layanan khususnya menyangkut masalah “phishing” memancing pengguna komputer mengungkap informasi rahasia dengan pesan palsu.

“Beberapa bank sering mengalami aksi ‘phishing’ dan marak diberitakan media massa, salah satunya Bank Mandiri. Pak Budi Gunadi yang hadir saat ini, seharusnya bisa memperbaiki sistem teknologi banknya,” kata Kepala Eksekutif Pengawasan Pebankan OJK Nelson Tampubolon di Jakarta, Senin (14/9).

Nelson menuturkan modus penyalahgunaan “e-banking” semakin beragam seiring perkembangan pengguna layanan tersebut sehingga industri perbankan harus terus melakukan perbaikan sistem IT-nya.

Bank, ujar dia, merupakan “ujung tombak” untuk memperbaiki industri perbankan dari aksi kejahatan (fraud), tetapi ia berpendapat sejauh ini upaya tersebut belum diterapkan industri perbankan secara optimal.

Selain itu, ia meminta bank saling berkoordinasi dan tidak saling memanfaatkan kelemahan sistem IT untuk mengambil keuntungan.

Nelson mengungkapkan, saat ini pihaknya mengetahui sejumlah bank yang memanfaatkan kelemahan sistem IT bank lain untuk mendapatkan keuntungan.

“Kalau ada bank dibobol, dananya lari ke bank lain, seharusnya ini bisa diatasi. Saya rasa hal seperti ini ada di lapangan. Diharapkan ada kesepakatan antarbank, supaya hal-hal seperti bisa diatasi,” kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya menerapkan standar penyalahgunaan “e-banking” dibawah 10 bps dari nilai transaksi untuk kondisi normal.

“Tidak mungkin nol juga, karena Visa sama Master Card saja menerapkan standar di 15-20 bps fraud transaksinya,” ujar dia.

Ia menuturkan kini aksi kejahatan di Bank Mandiri masih di bawah 10 bps dan termasuk kecil. Ia berpendapat aksi kejahatan di Bank Mandiri cenderung naik karena transaksi “e-banking” meningkat.

Untuk itu, ia meminta nasabah berhati-hati dengan penggunaan “password” dan sering melakukan pembaruan antivirus barang elektronik yang digunakan untuk melakukan “e-banking”.

“Misal mau transaksi ‘e-banking’ memakai token terus ada sinkonisasi meminta lagi password, itu menunjukkan sudah di-hack. Jadi harus lebih berhati-hati,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka