Jakarta, Aktual.com — Ketua Staf Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi mengatakan mantan Menteri Keuangan Ali Wardhana yang meninggal dunia pada usia 87 tahun merupakan sosok yang tegas dan dipercaya oleh dunia internasional.
“Dia itu tipikal tidak bisa bercanda, tegas, dan lembaga luar negeri semua percaya sama dia,” kata Sofjan Wanandi saat dihubungi di Jakarta, Senin (14/9) malam.
Sofjan mengatakan almarhum merupakan arsitek perekonomian Indonesia pada awal era Orde Baru yang juga mudah bergaul dengan siapapun serta penggemar berat cerutu impor merek “Davidoff” dan “Partagas”.
“Dia itu salah satu Menkeu paling muda, gampang sekali bergaul. Biasanya juga merokok setelah makan siang, satu sampai dua cerutu dalam satu hari,” kata aktivis pada era awal Orde Baru ini mengenai kebiasaan Ali Wardhana.
Sofjan yang juga pengusaha ini mengaku terakhir bertemu almarhum pada acara peluncuran buku “Tribute to Ali Wardhana” yang dihadiri oleh para kolega serta murid-muridnya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada Juni 2015.
Mantan Menteri Keuangan pada era Orde Baru, Ali Wardhana meninggal dunia pada usia 87 tahun di Jakarta, pada pukul 15.30 WIB, setelah dikabarkan menderita sakit. Menurut rencana, jenazah dimakamkan pada Selasa (15/9).
Prof Dr Ali Wardhana yang lahir di Solo, Jawa Tengah pada 6 Mei 1928 merupakan salah satu anggota penasehat perekonomian Orde Baru, dan menjadi Menteri Keuangan periode 1968-1983 serta Menteri Koordinator Ekonomi, Industri (Ekuin) dan Pengawasan Pembangunan periode 1983-1988.
Ali Wardhana menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1958, dan mendapatkan gelar Master of Arts dari University of California Berkeley, Amerika Serikat pada 1961 dan menyelesaikan program doktoral PhD dari universitas yang sama pada 1962.
Selama menjabat sebagai Menteri Keuangan, Ali Wardhana berhasil mengawal perekonomian nasional dengan menurunkan inflasi tinggi (hyper inflation) dari 650 persen menjadi 10 persen dalam tiga tahun masa jabatannya periode 1966-1969.
Begawan ekonomi Indonesia ini ikut memperkenalkan strategi pinjaman negara dan disiplin fiskal dengan melakukan pinjaman luar negeri untuk menutup defisit anggaran dalam APBN serta menerapkan anggaran berimbang (balanced budget).
Selain itu, Ali Wardhana juga mampu memanfaatkan penerimaan dari sektor migas untuk mendorong pembangunan dan mencegah terjadinya “The Dutch Disease” ketika masa-masa keemasan harga minyak pada era 1973-1982.
Penggemar olahraga golf ini pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia selama 10 tahun, yaitu 1967-1978. Pada September 1971, Ali Wardhana terpilih sebagai Ketua Board of Governors Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk periode 1971-1972.
Sewaktu menjabat sebagai Menko Ekuin dan Pengawasan Pembangunan, Ali Wardhana pernah membubarkan institusi bea dan cukai serta mengganti fungsi pemeriksaan dan pengawasan di pelabuhan dengan Society Generale de Surveillance (SGS), lembaga yang terdaftar di Geneva, Swiss.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan