Jakarta, Aktual.co — Dewan Energi Nasional (DEN) angkat bicara terkait kerugian PT Pertamina yang mencapai USD212 juta atau setara Rp2,7 triliun sepanjang periode Januari dan Februari 2015.
Pertamina sendiri mengklaim bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh anjloknya bisnis di sektor hilir yang mencapai USD368 juta.
“Rugi kenapa? Saya tidak tahu betul riil bisnis Pertamina. jadi hilirnya, hilir yang mana? jadi ini harus dibuka benerlah ruginya dimana,” kata Anggota DEN Tumiran di Jakarta, Rabu (15/4).
Ketika ditanyai perlukah kerugian tersebut diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Tumiran justru mempertanyakan transparansi Pertamina.
“Pertamina sekarang bisa tidak melakukan transparansi akuntabilitasnya? Iyakan?,” tutupnya.
Sebelumnya, Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria mendesak PT Pertamina (Persero) untuk menguraikan dengan terperinci penyebab meruginya perseroan di sepanjang periode Januari – Februari 2015 lalu.
Seperti diberitakan sebelumnya, selama periode Januari-Februari 2015 Pertamina mencatatkan kerugian bersih sebesar USD212,3 Juta atau setara dengan Rp2,7 triliun (asumsi Rp13000/USD). Pertamina sendiri mengklaim bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh anjloknya bisnis di sektor hilir yang mencapai USD368 juta.
“Kerugian Pertamina di Januari-Februari 2015 harus diuraikan dulu apa sebab dan penyebabnya,” kata Sofyano.
Ia menilai, siapapun pihak yang memicu kerugian ini harus bertanggung jawab, baik itu Pemerintah, ataupun manajemen Pertamina sendiri.
“Jika itu karena faktor kebijakan Pemerintah maka Pemerintahnya yang harus bertanggung jawab. Tapi kalau karena miss management maka direksi harus diganti,” ujar dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka














