Yogyakarta, Aktual.com — SKK Migas optimistis produksi minyak dan gas di Tanah Air yang saat ini mencapai 2,21 juta standar kaki kubik perhari akan terus meningkat sampai akhir tahun dengan selesainya beberapa proyek migas.
“Produksi gas bumi cenderung stabil sekitar 8 juta kaki kubik/hari, tapi produksi minyak yang cenderung meningkat,” kata Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Budi Agustyono saat membuka Rapat Koordinasi Kehumasan Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi se-Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) di Yogyakarta, Selasa (15/9).
Ia menyebutkan, produksi rata-rata minyak untuk September ini mencapai 800.500 barel perhari, meningkat dibandingkan produksi rata-rata September lalu sebesar 776.500 barel perhari.
Produksi minyak tersebut, lanjut dia, lebih tinggi dibandingkan produksi rata-rata yang ditetapkan di dalam APBN Perubahan sebesar 783.000 barel perhari.
Industri hulu migas dituntut bekerja keras untuk mencapai target produksi minyak siap jual yang ditetapkan pemerintah,” katanya.
Pada kesempatan itu, dia juga menyebutkan realisasi penerimaan Negara sebesar 10,03 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp140 triliun, per 4 September. Jumlah ini sekitar 67 persen dari target penerimaan sebesar 14,99 miliar dolar Amerika Serikat.
Dia menjelaskan, pencapaian target nasional bukan hal yang mudah karena terdapat kendala dalam pelaksanaan di lapangan. Terlebih di tengah turunnya harga minyak dunia, industri hulu migas dituntut melaksanakan efisiensi biaya operasi.
Diantaranya, “renegosiasi” ulang dengan sub kontraktor agar dapat memberikan “fleksibilitas” harga sehingga dapat menjaga keekonomian proyek yang telah direncanakan.
“Sudah ada contoh kasus, “renegosiasi” kontrak rig di Total E&P Indonesie dan PHE WMO.
Cara lain, lanjut dia, dengan melakukan perubahan operasi lapangan yang lebih sederhana serta kolaborasi operasi dengan perusahaan migas yang wilayahnya berdekatan, seperti membagi penggunaan material dan peralatan.
Kepala Perwakilan SKK Migas wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, Ali Masyhar menjelaskan, industri hulu migas masih menghadapi kendala nonteknis. Salah satunya, kepentingan pemerintah daerah dalam kerangka otonomi daerah, terutama minimnya pengetahuan daerah mengenai dana bagi hasil minyak dan gas bumi, serta peran daerah dalam bentuk penyertaan modal.
“Produksi minyak di wilayah kami akan terus meningkat dengan setelah lapangan minyak Blok Cepu mencapai produksi puncak 205 ribu barel per hari,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan