Beijing diduga menyiapkan pembangunan bagi landasan udara ketiga di wilayah sengketa Laut Tiongkok Selatan, kata Pusat Kajian Strategis dan Antarbangsa (CSIS) di Washington pada Senin.
Sejumlah foto, yang diambil untuk CSIS pada 8 September, menunjukkan pembangunan tengah berjalan di wilayah batu karang Mischief, salah satu dari tujuh pulau buatan, yang dibangun Tiongkok di kepulauan Spratly.
Foto itu menunjukkan dinding penahan sepanjang 3.000 meter atau hampir sama dengan pembangunan Tiongkok di dua wilayah batu karang lain di Spratly, yaitu Subi dan Fiery Cross.
Menurut direktur CSIS untuk Prakarsa Keterbukaan Laut Asia (AMTI), Greg Polling, kegiatan tersebut “sangat mungkin menandakan persiapan pembangunan ladasan udara”.
Pada Juni, sejumlah foto satelit juga menunjukkan bahwa Tiongkok hampir menyelesaikan ladasan pacu sepanjang 3.000 meter di Fiery Cross.
Di sisi lain, Polling juga mengungkapkan bahwa proyek yang sama di Subi juga telah mengalami kemajuan di mana “akan ada 3.000 meter ladasan udara dan kami juga melihat adanya pembangunan fasilitas pelabuhan bagi kapal.” ujarnya.
Saat ditanya mengenai pembangunan di wilayah batu karang Mischief pada Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hong Lei menegaskan klaim kepemilikan Beijing terhadap “kedaulatan yang tidak bisa dibantah” di atas kepulauan Spratly.
Hong Lei menyatakan bahwa Beijing berhak mendirikan fasilitas militer di wilayah itu. Sejumlah pakar militer mengatakan bahwa landasan pacu sepanjang 3.000 meter akan cukup untuk mengakomodasi pesawat militer militik Tiongkok. Ketiga landasan di Spratly akan membuat Beijing menguasai jantung maritim Asia Tenggara.
Kabar mengenai pembangunan ladasan pacu ketiga tersebut muncul menjelang kunjungan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke Washington pada pekan depan. Amerika Serikat sendiri berulang kali menyatakan kekhawatiran terkait klaim asertif Beijing terhadap wilayah sengketa.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, Komandan Bill Urban, menolak mengomentari temuan CSIS. Dia hanya mengulang desakan agar reklamasi pulau buatan dan militerisasi Laut Tiongkok Selatan segera dihentikan demi “menurunkan ketegangan dan memberi kesempatan bagi terciptanya solusi diplomatik.”
“Niat yang diutarakan Tiongkok mengenai program tersebut, dan terus belanjutnya konstruksi, tidak akan menurunkan ketegangan ataupun solusi diplomatik,” kata Urban menambahkan.
Landasan pacu baru di Mischief diperkirakan memancing reaksi keras dari Filipina karena memungkinkan Tiongkok berpatroli di Reed Bank–sebuah wilayah eksplorasi gas dan minyak Manila, demikian Polling menerangkan.
Artikel ini ditulis oleh: