Jakarta, Aktual.com — Matahari baru sepenggalah, ketika perahu nelayan tampak menepi berjajar diayun gelombang. Cuaca yang begitu cerah, menawarkan panorma menawan Selat Bali yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Dewata.
Dari Pantai Boom tempat kaki berpijak, terlihat jelas aktivitas kapal di Pelabuhan Tanjungwangi maupun penyeberangan melalui Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk di Jembrana, Bali, atau sebaliknya.
Pantai Boom berada di Kampung Mandar, Kabupaten Banyuwangi, di ujung timur Provinsi Jawa Timur. Kampung Mandar merupakan kampung yang bercirikan masyarakat pesisir, karena aktivitas nelayan yang begitu kental. Kampung Mandar sejak dulu dikenal sebagai kawasan pelabuhan.
Konon, dahulu Kampung Mandar merupakan kawasan pelabuhan yang sangat penting bagi aktivitas perekonomian masyarakat setempat. Banyak kapal yang membawa berbagai hasil bumi untuk didistribusikan ke berbagai daerah, termasuk kapal-kapal nelayan yang cukup dominan.
Saksi bisu atas semua itu di antaranya adalah adanya dermaga, gudang-gudang dan tempat pelelangan ikan yang kini terlihat sepi, tak ada aktivitas. Di tempat yang tidak jauh dari area ini terdapat pula Taman Makam Pahlawan Wisma Raga Laut, tempat disemayamkannya pahlawan yang gugur melawan penjajah Belanda.
Pantai Boom yang terletak di sisi timur “Bumi Blambangan” itu terus mendapat sentuhan pemerintah setempat untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan.
Pantai dengan latar belakang Pulau Dewata Bali ini menawarkan berbagai keindahan yang difasilitasi akses pejalan kaki, kedai penjual makanan dan minuman sertai cenderamata.
Pemkab Banyuwangi sejak 2013 telah menyiapkan Pantai Boom menjadi pantai yang bersih dan cantik dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp2 miliar untuk melengkapi berbagai fasilitas seperti pengadaan penerangan, membangun pagar di tepi pintu masuk, membangun akses pejalan kaki berikut median jalan dan dikerahkannya tenaga kebersihan.
Pada 2014, Pemkab Banyuwangi kembali mengalokasikan dana sekitar Rp2,5 miliar untuk memperbaiki jembatan dengan aspal “hotmix”, pavingisasi dan penyediaan tempat berjualan pedagang kaki lima.
Sedangkan, pada 2015 alokasi anggaran ditingkatkan menjadi Rp4 miliar untuk pembangunan lingkungan pantai, pembangunan jalan ke Kampung Mandar dan lainnya.
Upaya tersebut meskipun cukup mampu menarik wisatawan, tapi belum maksimal. Pemkab Banyuwangi tampaknya tidak patah semangat. Pantai Boom terus diupayakan untuk menjadi destinasi wisata yang menjual, di antaranya dengan digelarnya tari kolosal khas Banyuwangi “Sewu Gandrung” dan festival musik jazz.
Gayung Bersambut Upaya Pemkab Banyuwangi untuk terus mengembangkan pariwisatanya, khususnya wisata Pantai Boom, tidak bertepuk sebelah tangan.
Kemauan Pemkab Banyuwangi sejalan dengan rencana jajaran PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) yang ingin mengembangkan wilayah pelabuhannya menjadi marina, yakni pelabuhan khusus yang disediakan untuk kapal pesiar, dilengkapi dengan berbagai prasarana yang dibutuhkan.
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) semula ingin mengembangkan Pelabuhan Benoa untuk menjadi marina. Namun demikian, karena izin dari pemerintah daerah setempat tidak kunjung terbit, akhirnya diputuskan mengembangkan Pantai Boom Banyuwangi lebih dulu menjadi Marina setelah mendapat respon positif.
“Kami ingin mengembangkan pelabuhan Marina di Benoa, Denpasar. Tapi sampai sekarang izin belum keluar. Sedangkan Pemkab Banyuwangi justru mendorong pengembangan Pantai Boom untuk menjadi pelabuhan marina. Pemkab Banyuwangi juga berjanji menyelesaikan izinnya. Akhirnya kami putuskan di Banyuwangi dulu,” kata Humas PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), Edi Priyanto, mengutip pernyataan Direktur Utama, Djarwo Surjanto.
Apalagi, lanjutnya, pengembangan marina itu juga ditunjang adanya kegiatan “Fremantle to Indonesia Yacht Race and Rally” yang berlayar dari Australia dan “finish” di Pelabuhan Benoa Bali setiap dua tahun sekali.
Selain itu, ada “event” sejenis yang menempuh rute Singapura – Batam – Banyuwangi – Benoa dan akan dikembangkan pula ke Karimunjawa, Lombok dan Labuhan Bajo.
“Terkait dengan pengembangan Pantai Boom ini, Bupati Banyuwangi pernah mempresentasikan dan mendapat respon baik dari pengelola event Fremantle Yacht Race and Rally. Akhirnya kita putuskan untuk mengembangkan ‘Boom Marina Banyuwangi’ dulu,” ucap Edi, menegaskan.
Kerja sama pembangunan dan pengelolaan pelabuhan antara PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjungwangi dan Pemkab Banyuwangi kemudian dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani General Manager PT Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjungwangi, Bangun Swastanto, dan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.
Tindaklanjut dari penandatanganan nota kesepahaman tersebut adalah peluncuran secara simbolis pengembangan wisata bahari Pantai Boom yang dilakukan Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), Djarwo Surjanto bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, pada 12 September 2015.
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang kepelabuhanan itu menggelontorkan anggaran sebesar Rp200 miliar untuk pengembangan Pantai Boom Banyuwangi yang luasnya sekitar 44,2 hektare.
Anggaran tersebut menurut rencana akan dimanfaatkan untuk pengembangan kompleks marina modern yang dilengkapi berbagai fasilitas, seperti zona marina, zona residensial, dan zona rekreasi. Untuk mewujudkannya, akan dilakukan pembangunan dermaga, pengerukan kolam pelabuhan, pembangunan area publik, tempat perbaikan kapal (workshop), dan resort.
Sedangkan, konsep pengembangan marina ini ramah lingkungan. Di area marina hanya akan disediakan area “trekking” menggunakan sepeda atau mobil listrik. Pengembangan pantai ini diharapkan selesai pertengahan tahun 2017.
“Jika pengembangan ini selesai, maka ini menjadi yang pertama di Indonesia sebagai marina terintegrasi dengan wisata bahari,” ungkap Edi Priyanto.
Tidak hanya itu, pengembangan marina di Pantai Boom Banyuwangi tersebut akan terintegrasi pula dengan Pelabuhan Benoa di Bali (Marina Benoa) dan Pelabuhan Labuhan Bajo (Komodo Marina) di NTT.
Bahkan, ke depan akan dihubungkan ke pelabuhan potensial lainnya, seperti Karimunjawa, Lombok, dan Tenau Kupang.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berharap pengembangan Boom Marina Banyuwangi bisa menjadi bagian pembangunan ekonomi kerakyatan.
Apalagi Banyuwangi memiliki banyak destinasi wisata menarik seperti “blue fire” di Kawah Ijen, “kite surfing” di Pulau Tabuhan, menantangnya ombak Pantai Plengkung, kearifan budaya Osing, indahnya alam Alas Purwo, dan aneka destinasi lainnya.
Wisata Bahari Nusantara Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Djarwo Surjanto saat peluncuran pengembangan Boom Marina Banyuwangi berpendapat pengembangan infrastruktur wisata bahari yang terintegrasi akan mengoptimalkan potensi rute pelayaran di Indonesia.
Sebab, optimlaisasi rute pelayaran tidak hanya akan mendatangkan profit bagi pengelola, tapi juga memantik pengembangan kawasan dan kreativitas warga sehingga memiliki nilai ekonomi guna peningkatan perekonomian masyarakat sekitar.
Djarwo sangat yakin daerah lain yang menjadi rute pelayaran, khsususnya pelayaran kapal layar ringan (yacht), juga memiliki potensi wisata yang besar seperti wisata alam, wisata budaya, dan lainnya.
Berawal dari pengembangan Boom Marina Banyuwangi, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) menurut rencana juga akan mengembangkan program yang sama di sejumlah pelabuhan yang dikelolanya.
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) mengelola 43 pelabuhan yang tersebar di 7 provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
“Hal ini membuat kami berkomitmen melakukan pengembangan wisata bahari Nusantara, karena masing-masing memiliki potensi wisata sendiri-sendiri,” tukas Djarwo Surjanto.
Sedangkan Boom Marina Banyuwangi diharapkan menjadi bagian dari jaringan marina dunia, sekaligus untuk mempromosikan wisata bahari Indonesia di dunia internasional, katanya, menambahkan.
Sejumlah pelabuhan yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) selama ini sudah secara rutin disandari kapal pesiar (cruise) internasional, di antaranya Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Pelabuhan Banjarmasin dan Kumai di Kalimantan, serta pelabuhan di gugusan “Kepulauan Sunda Kecil” yakni Pelabuhan Benoa Bali, Pelabuhan Lembar Lombok, hingga Pelabuan Tenau Kupang.
Untuk semakin memperluas jaringan pasar, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) dan Kementerian Pariwisata juga telah bekerja sama melakukan promosi wisata Indonesia kepada operator kapal pesiar internasional seperti Seatrade Cruise Shipping Miami di Florida AS, Sales Mission and Annual Cruise Down Under Conference di Australia, Cruise Shipping Asia di Singapura dan Seatrade All Asia Cruise Cenvention di RRC.
Kunjungan kapal pesiar di lingkungan kerja PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren positif. Berdasarkan catatan, sepanjang semester 1 tahun 2015 tercatat kunjungan penumpang kapal pesiar sebanyak 67.015 wisatawan mancanegara atau meningkat 19 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 56.272 wisatawan.
Sedangkan, realisasi jumlah kapal pesiar tahun 2014 tercatat sebanyak 126 unit dengan berat kapal mencapai 4.725.008 Gross Tonnage (GT). Kapal tersebut membawa penumpang sebanyak 84.827 orang.
Artikel ini ditulis oleh: