Menko Darmin: Rupiah Menguat Karena Upaya Spekulasi Berhenti
Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ama/15

Jakarta, Aktual.com —  Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menilai bahwa pasar modal membutuhkan langkah nyata dari paket kebijakan ekonomi Jokowi-JK. Pemerintah seharusnya menjaga sentimen yang ada dengan merealisasikan program pembangunan, realisasi penggunaan nilai rupiah dalam setiap transaksi harus jelas mekanismenya.

“Perusahaan yang terbiasa bertransaksi menggunakan dolar, ketika diwajibkan menggunakan rupiah maka akan berpotensi kehilangan keuntungan. Pemerintah seharusnya memberikan insentif agar tetap bertahan,” ujar Reza kepada Aktual di Jakarta, Rabu (16/9).

Menurutnya, ketika pengusaha dihadapkan pada potensi kehilangan keuntungan dari pemakaian rupiah dalam bertransaksi, akhirnya pengusaha memilih untuk menutup usaha di Indonesia dan membuka perusahaan di negara lain yang jelas menguntungkan.

“Makanya jangan heran banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor industri. Hal itu merupakan imbas dari gejolak rupiah yang mengalami pelemahan,” jelasnya.

Dirinya mencontohkan BUMN Pertamina, kenapa BUMN sekelas pertamina tidak menggunakan mata uang rupiah dalam transaksinya. Kebijakan tersebut akhirnya menjadi bumerang sendiri bagi pemerintah yang seharusnya menjadi contoh perusahaan lain.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka