Medan, Aktual.com — Pasangan calon walikota dan wakil walikota Medan dinilai masih melakukan kampanye yang bersifat konvensional.
Demikian dikatakan akademisi USU, Agus Suriadi kepada Aktual.com, Kamis (17/9).
“Tak ada (kampanye) yang baru dan cenderung konvensional. Harus di perbanyak dialog publik di akar rumput,” ujar Agus.
Metode blusukan yang diterapkan, menurut Agus, saat ini tidak terlalu menarik. Apalagi, blusukan sudah menjadi ‘trade mark’ yang lekat dengan sosok Jokowi.
“Masyarakat akan tidak begitu simpati kalau gaya seperti itu dilakukan oleh orang diluar Jokowi, karena itu trade marknya,” katanya.
Dosen di Fakultas Sosial dan Imu Politik USU ini mengatakan pola kampanye yang kurang menarik itu menyebabkan geliat pilkada yang kurang meriah.
Ditambahkannya, secara empirik, sosialisasi pasangan calon yang dilakukan oleh lembaga KPU memang telah berjalan. Sayangnya, masyarakat dinilai dingin menanggapi pelaksanaan Pilkada.
“Sosialisasi memang telah dijalankan dan trs berproses tetapi hal juga menarik adalah masyarakat masih menanggapi dingin dan begitu responsif terhadap pelaksanaan pilkada ini. Artinya KPU Memang hrs kerja keras agar partisipasi politik warga terus meningkat,” kata Agus.
Menurut Agus, dari 2 pasangan calon walikota dan wakil walikota yang bertarung di Pilkada Medan, Agus menilai keduanya punya kans yang sama untuk menang. “Walaupun Eldin leading dikit karena incumbent atau petahana,” ujarnya.
Begitupun, menurut Agus, pasangan Ramadhan Pohan-Eddie Kusuma (REDI)masih memiliki banyak kesempatan untuk merebut hati rakyat.
“Tapi kalo REDI (Ramadhan-Eddi) bisa memanfaatkan resistensi sebahagian warga terutama kalangan menengah ke atas terhadap kepemimpinan Eldin, saya pikir head to head Redi bisa unggul tipis,” sebutnya.
Artikel ini ditulis oleh:

















