Jakarta, Aktual.com — Komisioner imigrasi Uni Eropa mengatakan, Kamis (17/9), bahwa penghalang seperti yang didirikan Hongaria di perbatasan Serbia adalah penyelesaian sementara, yang hanya akan membelokkan pendatang ke negara lain dan meningkatkan ketegangan.

Hongaria pada Rabu menahan 29 pendatang ketika gelombang itu meminta dibiarkan melewati perbatasan depan Uni Eropa tersebut, yang baru saja ditutup, dan bentrok dengan polisi antihuru-hara, yang menyemprotkan air serta menembakkan gas airmata.

“Kebanyakan yang tiba di Eropa adalah warga Suriah, yang membutuhkan bantuan kita,” kata Dimitris Avramopoulos dalam jumpa pers bersama Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri Hongaria.

“Tidak ada dinding yang tidak akan Anda naiki, tidak ada laut yang tidak akan diseberangi jika Anda ingin lari dari kekerasan dan teror,” katanya, “Kami punya kewajiban moral untuk memberi mereka perlindungan,” katanya.

Avramopoulos mendesak Hungaria untuk terus bekerja sama dengan Komisi UE bagi menemukan solusi akhir bersama, dan menambahkan bahwa kekerasan bukanlah jawaban.

Hongaria berencana memperlebar pagar pengaman ke arah Rumania dan sebagian perbatasan Kroasia, dalam langkah yang disebutnya perlu untuk menjaga perbatasan luar Uni Eropa serta kawasan Schengen.

Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mengungkapkan rasa terkejut dan kekhawatirannya atas perlakuan terhadap pengungsi dan imigran di perbatasan Hungaria dan Serbia, dan memperingatkan bahwa mereka selayaknya diperlakukan secara bermartabat dan dihargai hak asasinya.

Namun, Menlu Hongaria Peter Szijjarto membalas kritik terhadap cara Hungaria menangani bentrokan itu.

“Sungguh aneh dan mengejutkan bagaimana beberapa masyarakat politik internasional dan media massa internasional mengartikan kejadian kemarin,” kata Szijjarto, tanpa menyebut nama secara khusus.

Ia mengatakan bahwa, dengan memihak imigran yang berunjuk rasa melempari polisi Hongaria dengan batu dalam bentrokan yang melukai 20 orang polisi, beberapa “warga politik internasional yang terhormat” hanya mendukung kekerasan.

“Semua orang ini akan bertanggung jawab jika kejadian tersebut berulang hari ini, besok atau lusa,” katanya.

Szijjarto mengatakan kebijakan umum UE mengenai pengungsi telah gagal mengatasi krisis, dimana ratusan ribu orang yang menghindari kemiskinan, perang dan penganiayaan di Timur Tengah, Asia dan Afrika membanjiri benua itu.

“Kami mungkin melihat gelombang imigrasi berlarut-larut yang tidak berujung,” kata Szijjarto, dan mengusulkan dua langkah yang disebut Budapest bisa mengatasi akar penyebab krisis.

Ia mengatakan UE harus membentuk pasukan bersama tanpa penundaan, untuk menjaga perbatasan Yunani, dimana Hungaria akan memberikan “kontribusi nasional besar” dalam bentuk polisi, dana dan tentara.

“Jatah harus diterapkan di sini, karena masuk akal,” katanya, dengan menambahkan bahwa Hongaria juga mengusulkan UE untuk mengambil tanggung jawab pendanaan kamp pengungsi di Turki, Yordania, Lebanon dan Irak, serta membangun kamp-kamp baru di sana jika perlu.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan