Jakarta, Aktual.co — Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mengimbau kepada pemerintah agar tidak menggunakan sektor migas sebagai komoditas untuk mengisi pendapatan negara.
“Kita harus mulai mengubah pola pikir, penerimaan negara tidak boleh menggunakan ekspor migas karena kita sudah terlalu lama bertindak seperti itu,” ujar Direktur Sumber Daya Energi, Mineral, dan Pertambangan Bappenas Josaphat Rizal Primana di Jakarta, Selasa (14/4).
Menurut dia, perubahan pandangan tersebut harus dilakukan mengingat saat ini jumlah cadangan sumber daya mineral Indonesia semakin berkurang dan dikhawatirkan akan terjadi krisis energi dalam waktu dekat.
Ketika ditemui dalam acara seminar “Indonesia dan Diversifikasi Energi”, ia menyebutkan terdapat dua indikator utama yang menunjukkan Indonesia harus mengurangi ekspor komoditas mineral dan migasnya ke luar negeri, katanya menjelaskan.
Pertama, Indonesia merupakan negara terbesar pengekspor batu bara di dunia, padahal cadangannya hanya tiga persen di dunia.
“Selain itu, kita juga menjadi salah satu negara pengekspor gas terbesar. Padahal cadangannya hanya 2,5 persen di dunia,” tukas Josaphat.
Selanjutnya, indikator kedua ialah masih rendahnya kondisi ketersediaan energi Indonesia, sehingga memunculkan rasio yang rendah yaitu sekitar 650kwh/kapita, jauh lebih rendah dibanding vietnam yang mencapai lebih dari 1.000kwh/kapita.
“Kita masih jauh tertinggal. Jangan bandingkan dengan Malaysia yang sudah 3.000kwh/kapita, atau Singapura 5.000kwh/kapita,” ujarnya menjelaskan.
Oleh sebab itu, ia mengimbau agar pemerintah lebih mendahulukan kepentingan pemenuhan energi di dalam negeri sebelum menjualnya ke luar negeri.
Pada kesempatan yang sama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyampaikan bahwa Indonesia perlu memikirkan sumber energi baru selain bahan bakar fosil.
“Kita habis-habisan memberi subsidi energi yang akan habis. Rp2.600 triliun kita keluarkan dalam 10 tahun untuk fosil, tapi subsidi untuk energi baru sangat kecil,” tukas Menteri Sudirman.
Ia juga mengimbau kepada pemerintah dan masyarakat, agar mengubah ‘mindset’ (pola pikir) bahwa sumber energi baru bukan lah energi alternatif seperti yang dipahami secara umum selama ini.
“Jangan lagi menyebut ini alternatif, karena itu artinya cuma cadangan. Sekarang harus berpikir bahwa yang baru justru yang utama, karena yang fosil pasti akan habis pada waktunya,” ujarnya menegaskan.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















