Jakarta, Aktual.com — Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution menganggap keputusan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) yang membatalkan kenaikan suku bunga bukan merupakan kabar baik bagi Indonesia.
“Tidak jadinya kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat membawa dampak yang sebetulnya tidak terlalu baik,” kata Darmin Nasution di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (18/9).
Menurut dia, batalnya kenaikan suku bunga itu lantaran pertimbangan jumlah pengangguran di AS yang masih tinggi dan tingkat inflasi yang belum seperti mereka harapkan.
“Banyak yang berharap November-Desember mulai membaik,” katanya.
Ia mengatakan, tugas The Fed di AS sebagai bank sentral berbeda dengan Bank Indonesia (BI) di Tanah Air.
“The Fed berbeda dengan BI karena tugas BI itu menjaga nilai rupiah sedangkan The Fed bertugas menjaga nilai mata uang mereka dan menjaga kesempatan kerja sehingga tidak semudah negara lain untuk mengubah kebijakannya,” katanya.
Untuk itu, pihaknya berharap para pelaku ekonomi di Indonesia untuk memanfaatkan kemudahan dan insentif yang diberikan pemerintah, salah satunya melalui paket kebijakan yang segera dirampungkan.
“Kita tahu pasti jawabannya yakni ekspor, tidak ada yang lebih tinggi nilainya untuk memperbaiki kondisi perekonomian selain ekspor dan hanya dunia usaha yang bisa melakukannya. Pertanyaannya, mau ekspor kemana?,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, mengekspor sekarang ini harus dilakukan ke negara-negara di luar yang sedang mengalami perlambatan ekonomi.
Menurut dia, saat ini perlu dilakukan upaya untuk membuka pasar yang baru di antaranya Timur Tengah, Afrika Selatan, dan lain-lain.
“Yang kedua yang bisa dilakukan adalah investasi, baik PMDN maupun PMA yang bisa membawa dana dari luar,” katanya.
Darmin mengatakan pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan Tahap I yang pada intinya bertujuan untuk menyederhanakan perizinan sehingga dunia usaha bisa lebih mudah mengembangkan usahanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka