Jakarta, Aktual.com — Menteri Perdagangan, Thomas Lembong mengakui jika ketidakstabilan harga dan produksi beras Indonesia lantaran kurangnya perhatian pemerintah dalam menunjang sarana dan prasarana para petani. Pasalnya, harga beras dipasaran sudah menginjak Rp10 ribu per liternya. Merangsek naiknya harga beras tersebut diakibatkan oleh ketidakstabilan hasil produksi padi.
“Dari sisi sektor prioritas, terutama pangan itu sangat fundamental. Dan kita kebetulan, sedikit kurang stabil di sektor itu, dengan berbagai alasan. Tapi, sektor pertanian pangan ini terlalu lama dibiarkan, dan kurang reformasi, kurang investasi ke ruang edukatif kepada petani,” sesal Lembong, di Jakarta, Sabtu (19/9).
Mantan pejabat Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) itu menjelaskan, salah satu masalah yang dihadapi para petani ialah irigasi. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo merencanakan pembangunan waduk di berbagai wilayah pertanian di Indonesia.
Namun demikian, Lembong juga sadar bahwa masalah petani bukan hanya soal irigasi. Masalah lain, seperti bibit, pupuk palsu, juga menjadi sandungan dan itu belum bisa diatasi oleh pemerintah.
“Satu kelemahan kita, begitu banyak sawah itu nggak punya irigasi. Tapi, begitu waduknya jadi, tentu sawah-sawah bisa diirigasi, itu pasti produktifitas kita naik. Memang faktor irigasi bukan satu-satunya. Masih banyak persoalan lain, seperti bibit, pupuk, pupuk palsu, atau subsidi tidak sampai kepada petani.
Atas berbagai permasalahan tersebut, Lembong pun berjanji bahwa pemerintah akan segera menanggulangi masalah tersebut. “Ini contoh. Tapi satu persatu kita benahi,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka