Jakarta, Aktual.com — Harga minyak dunia yang saat ini di kisaran USD45/barel, sudah semestinya membuat Pertamina menurunkan harga jual Premium (RON 88). Namun nyatanya saat ini harga premium di Jawa Rp7.400/liter Pertamina masih mengaku rugi.

“Untuk diketahui dulu sejak 2015 awal sudah disebutkan oleh pemerintah juga oleh Pak Menteri ESDM (Sudirman Said), bahwa untuk jual premiun sampai rugi Rp 12 triliun, sampai hari ini Rp 15,2 triliun,” ujar Coorporate Secretary Wisnuntoro dalam acara diskusi energi di Jakarta, ditulis Senin (21/9).

Menurut Wisnuntoro, harga keekonomian Premium adalah Rp 7.700 hingga 7.800 per liter, bukan Rp 7.400 per liter seperti yang jual Pertamina saat ini.

Selain itu kata Wisnuntoro melorotnya nilai tukar rupiah menjadi salah satu penyebab membengkaknya kerugian Pertamina.

Sebelumnya Mantan Plt Dirut PT Pertamina (Persero), Muhammad Husen menilai kebijakan Pemerintah dan Pertamina yang masih mempertahankan harga lama merupakan kebijakan yang merugikan rakyat.

“Jika lihat harga minyak sekarang, seharusnya harga keekonomian itu Rp6000-an per liter. Ya silahkan ditafsirkan sendiri kebijakan pemerintah,” ujar dia kepada Aktual, Jumat (11/9).

Jika alasan pemerintah untuk menutupi kerugian Pertamina, semestinya tidak sampai lebih dari 2 bulan kebijakan harga tersebut dipertahankan.

“Pertamina di awal-awal tahun merugi sekitar Januari-Februari. Kebijakan harga ini kan sudah sejak sekitar 6 bulan lalu. Jadi ya kemana uangnya,” kata dia.

Sehingga menurut Husen tak ada alasan harga saat ini masih dipertahankan.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan