Jakarta, Aktual.com — Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menerangkan alasan Pemerintah dalam Rancangan APBN 2016 merevisi target pertumbuhan ekonomi menjadi sebesar 5,3 persen, dari sebelumnya 5,5 persen adalah karena ketidakpastian risiko global.

“Meskipun ada optimisme dari proyek IMF, kami menilai keputusan the Fed menahan suku bunga menambah ketidakpastian global, begitu juga yuan, sehingga menyebabkan kecenderungan currency kurs. Ini berpotensi menekan kinerja ekonomi domestik,” ujarnya di Jakarta, Kamis (24/9).

Bambang menambahkan Nota Keuangan yang disampaikan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga dinilai tidak realistis dan terlalu tinggi.

Target pertumbuhan ekonomi 2016 dikatakan Bambang, akan ditopang dari laju konsumsi rumah tangga sekitar 5 persen, komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi 6-7 persen. Bahkan menurutnya ekspor dan impor hanya akan tumbuh tipis.

Kendati demikian, lanjut dia, target inflasi tahun depan sebesar 4,7 persen (yoy) masih bisa dicapai, meskipun terdapat risiko pelemahan rupiah dan El Nino.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan