Mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Gowa Raya berunjuk rasa di depan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (27/5). Mereka mendesak pemerintah segera mengambil tindakan atas melemahnya nilai tukar rupiah yang berimbas pada melonjaknya harga sembako. ANTARA FOTO/Yusran Uccang/15

Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus anjlok mendekati level Rp15000. Pada perdagangan pagi ini, Rupiah sudah sempat menembus level Rp14,709.98 per USD 1.

Menurut Pengamat Ekonomi AEPI (Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia) Salamuddin Daeng, pelemahan rupiah telah disebabkan oleh lima faktor. Pertama, kenaikan harga harga atau Inflasi yang tinggi dan tidak terkendali. Sementara pada saat yang sama daya beli masyarakat jatuh.

“Keadaan ini membuat investor tidak tertarik melakukan investasi,” kata Salamuddin kepada Aktual di Jakarta, Jumat (25/9).

Kedua, ‎neraca eksternal yang buruk, surplus perdagangan yang rendah, serta defisit transaksi berjalan yang tinggi.

“Ketiga, APBN yang tidak realistis baik asumsi tentang penerimaan, pengeluaran, nilai tukar, suku bunga SUN, inflasi, ‎pemerintah menipu diri sendiri,” ujar dia.

Ia melanjutkan, keempat adalah disebabkan adanya mega proyek ambisius dan tidak realistis, serta didasari semata-mata oleh keinginan bagi-bagi proyek oligarki penguasa. Faktor kelima merupakan faktor eksternal, yakni melemahnya ekonomi China yang menjadi sekutu dagang Indonesia dan melemahnya harga komoditas yang menjadi andalan ekspor indonesia.

“Kedua pelemahan tersebut akan berlangsung lama. Sementara pada saat yang sama terjadi penguatan kebijakan moneter USA,” sambungnya.

Dikatakannya, dari kelima hal tersebut, hanya ada satu faktor yang merupakan faktor eksternal. “Selebihnya adalah faktor internal yang berkaitan dengan tata kelola ekonomi dan pemerintahan sendiri yang tidak kompeten dan tidak kredibel,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh: