Jakarta, Aktual.com — Mahasiswa Jurusan Sistem Komputer Institut Informatika dan Bisnis pada IBI Darmajaya, Provinsi Lampung, yakni Akmal, menciptakan helm antikantuk yang berbiaya ekonomis.
“Banyak kejadian kecelakaan lalu lintas kendaraan roda dua yang disebabkan pengendara sepeda motor mengantuk, karena saya berinisiatif untuk merancang helm yang dilengkapi dengan alat peringatan kantuk,” katanya di Bandar Lampung, Minggu (27/9).
Dia menegaskan, bahwa saat ini helm antikantuk memang sudah ada, tapi memiliki harga yang sangat mahal.
Ia menyebutkan, helm antikantuk buatan luar negeri dengan menggunakan gelombang suara otak yang ditaksir memiliki harga hingga lebih dari Rp10 juta.
Ada pula helm antikantuk buatan mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) yang dinamai Anti-Drowsing System (Androsys) yang menghabiskan biaya Rp500 ribu.
Namun, helm antikantuk karya mahasiswa IBI Darmajaya ini dalam pembuatannya hanya menghabiskan dana Rp100 ribu, sangat ekonomis dibandingkan manfaatnya.
Helm ini tak berbeda dengan helm kebanyakan. Hanya kabel sepanjang satu meter yang terlihat menjulur keluar. Sementara perangkat modular tersimpan rapi di dalam helm.
Mahasiswa Sistem Komputer itu, mendesain sistem pendeteksi denyut nadi yang dipasang pada helm, sebagai alat peringatan kantuk berbasis mikrokontroler.
Penelitian ini, dilakukan Akmal yang lahir 23 September 1990 itu, sebagai materi skripsinya di Jurusan Sistem Komputer IBI Darmajaya.
“Saya berharap helm dengan peringatan kantuk ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk menghindari kecelakaan lalu lintas yang kerap terjadi akibat pengendara bermotor yang mengantuk, sehingga dapat memberikan rasa aman kepada para pengendara,” ujar Akmal pula.
Ia menerangkan, jika seseorang dalam keadaan mengantuk maka denyut nadinya akan berdetak lebih lambat dibandingkan pada saat orang tersebut, dalam keadaan tidak mengantuk atau sedang terjaga.
“Dalam keadaan mengantuk denyut nadi berdetak kurang dari 60 bpm (beats per minute), pada saat itu helm ini akan memberikan peringatan kantuk berupa suara dan getaran yang diharapkan memberikan efek kejut agar pengendara dapat terjaga kembali,” katanya.
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini menjelaskan, dirinya mendeteksi denyut nadi dengan menggunakan sensor photodioda dan infra-red yang dipasangkan pada salah satu titik denyut nadi, seperti leher atau pergelangan tangan untuk memperoleh data.
“Pengolahan data dari sensor tersebut menggunakan rangkaian mikrokontroler ATmega8 yang telah diprogram. Pada alat ini, saya juga menggunakan buzzer dan vibrator sebagai alarm yang akan menimbulkan suara dan getaran jika denyut nadi pengendara kurang dari 60 bpm,” ujar putra pasangan Ahmad Suhaimi dan Marhamah ini lagi.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby