Jakarta, Aktual.com — Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah diperkirakan berpeluang menembus angka Rp15.000 karena tingginya ketegantungan terhadap produk impor.
“Sangat berpeluang karena perekonomian mengandalkan produk luar,” kata ekonom dari Universitas Negeri Medan Muhammad Ishak di Medan, Selasa (29/9).
Menurut Ishak, cukup banyak indikasi yang menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS sehingga mata uang asing tersebut berpeluang tembus Rp15.000.
Ia mencontohkan pola dan kebijakan yang kurang mengutamakan kekuatan ekonomi mikro dan domestik menyebabkan ketahanan ekonomi nasional menjadi sangat lemah.
Kemudian, secara simultan ekonomi nasional juga mengalami “gonjang-ganjing” dalam memproduksi dan menjual produknya.
Hal itu disebabkan bahan baku yang dipergunakan masih “berkiblatl pada impor, sementara kalangan pengusaha tetap harus menjual produknya.
Demikian juga orientasi pasar yang selalu ekspor karena tidak memperkuat pasar domestik. “Jadi, dari hulu hingga hilir sudah bermasalah,” katanya.
Diperkirkan, kata dia, nilai tukar dola AS tersebut tembus Rp15.000 pada pertengahan atau akhir Oktober.
Kemungkinan, pada awal Oktober dolar AS akan turun sebentar namun akan naik lagi pada akhir bulan tersebut.
“Namun, turun bukan karena faktor ekonomi, melainkan pertimbangan politis,” kata Ishak.
Untuk mencegah “berkuasanya” dolar AS terhadap rupiah, pemerintah perlu memberdayakan pasar domestik sehingga ketergantungan terhadap produk impor yang umumnya dibeli dengan dolar bisa dikurangi.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor itu adalah revitalisasi pasar tradisional yang menjadi lokasi transaksi masyarakat umum.
“Sayangnya, revitalisasi pasar tradisional itu hanya konseptual. Istilah orang medan, hanya cakap-cakap saja,” ujar Ishak.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka