Medan, Aktual.com – Calon Walikota-Wakil Walikota Medan, Ramadhan Pohan-Eddie Kusuma (REDI) kunjungi pasar di kawasan Jalan Sutomo, Medan, Selasa (29/9) pagi. Sambil berjalan kaki, pasangan itu masuk ke dalam pasar sambil menyebar sapa ke para pedagang.
Kehadiran mereka pun dapat sambutan meriah pedagang. Mumpung bertemu calon pimpinan kota, para pedagang mengeluarkan uneg-uneg kepada Ramadhan-Eddie. Mereka berharap sosok Ramadhan bisa membawa perubahan dan perbaikan di Kota Medan, khususnya para pedagang di sana, jika terpilih nanti.
Saat berbicang dengan Ramadhan, pedagang antara lain mengeluhkan soal rencana penggusuran pedagang ke Pasar Induk Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Medan. Pedagang berpendapat itu bukan solusi tepat. Lagipula, pedagang merasa tidak diperhatikan suaranya.
Dia mengaku penggusuran oleh Pemkot Medan terkesan sepihak dan tidak memikirkan keberlanjutan pedagang. “Yang penting bagi kami, bisa berjualan dan laku. Kalau tidak, mau makan apa kami?” keluh seorang pedagang sayur, bernama R. Tarigan.
Keluhan lain juga disampaikan pedagang lainnya, K. Sitorus. Dia mengaku ‘dipaksa’ jualan di Pasar Induk selama tiga bulan lebih. Hasilnya, terus merugi. Kata dia, pembeli seperti enggan mendatangi lokasi pasar induk. Sebab selain jauh, ternyata tidak semua pedagang di kawasan Jalan Sutomo ditertibkan. Akibatnya, muncul kecemburuan. Akibatnya Sitorus pun memilih kembali berdagang ke Sutomo.
“Kita sudah mencoba berjualan di sana pak, tapi tidak hidup. Bagaimana kami mau berjualan kalau pembeli tak ada, modal pun lama-lama bisa habis,” keluh Sitorus kepada Ramadhan.
Dalam kunjungan tersebut, Wakil Ketua DPRD Medan, Burhanuddin Sitepu berpendapat Kota Medan harus punya pasar induk lebih dari satu. Di mana kebutuhan pasar tradisional jadi sangat penting. Sedangkan saat ini jumlahnya cuma satu sehingga tidak representatif.
“Kota Medan ini kan pintu gerbangnya tidak hanya satu. Kedatangan masyarakat itu dari berbagai penjuru. Jadi tidak cukup hanya satu pasar induk saja, tetapi setidaknya dua sampai tiga baru bisa representatif,” kata dia.
Ditambah lagi, kondisinya kurang representatif karena tidak ada dukungan penuh pemerintah, terutama bagaimana agar pedagang tidak merugi akibat sepi pembeli.
Menurutnya, pedagang tidak begitu mempermasalahkan lokasi berjualan, selama masih banyak pembeli. Hal itu yang kemudian jadi alasan para pedagang yang sebelumnya telah membuka lapak di pasar induk Lau Cih, memaksa kembali berjualan di kawasan Jalan Sutomo.
Mendengar keluhan itu, Ramadhan berpendapat untuk menyelesaikan permasalahan seperti itu perlu kebersamaan dan keseriusan untuk berfikir jangka panjang. Sebab jika hanya sekedar memindahkan pedagang saja tanpa ada solusi yang jelas dan komprehensif, hanya menimbulkan gejolak bahkan masalah baru yang lebih besar.
“Ke depan, Pemkot tidak bisa jalan sendiri. Harus ada kebersamaan dan kerjasama dengan dewan (DPRD),” sebutnya menjelaskan penerbitan peraturan wali kota (Perwal) harus dilakukan dengan survei mendalam.
Usai berkeliling kawasan pasar, Ramadhan Pohan bersama tim menyempatkan diri berbelanja sayur dan buah. Ia pun menolak saat pedagang menawarkan barang dagangan tanpa dibayar. “Oh tidak mau saya (gratis), berapa harganya biasa, saya bayar. Namanya berdagang,” kata politisi Demokrat itu saat membeli beberapa buah Nenas sebelum beranjak meninggalkan lokasi.
Artikel ini ditulis oleh: