Jakarta, Aktual.com — Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan intervensi bank sentral di pasar ‘forward’ ditujukan untuk menyeimbangkan suplai dan permintaan valas sehingga dapat mengurangi tekanan di pasar ‘spot’ yang kemudian berdampak terhadap kurs rupiah.
“Salah satu faktor pelemahan rupiah yakni ada ‘gap’ antara supply and demand di pasar forward. Itu dasar pertimbangan kita,” ujar Perry saat jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Menurut Perry, pihaknya berupaya untuk mengelola valas dengan meningkatkan penawaran dan mengendalikan permintaan valas.
Melalui kebijakan tersebut, lanjutnya, pihaknya mendorong transaksi forward jual valas/rupiah dan memperjelas underlying forward beli/valas rupiah.
Bank sentral melakukan hal tersebut dengan meningkatkan threshold forward jual yang wajib menggunakan underlying dari semula 1 juta dolar AS menjadi 5 juta dolar AS per transaksi per nasabah dan memperluas cakupan underlying khusus untuk forward jual, termasuk deposito valas di dalam negeri dan luar negeri.
“Jadi, kita intervensi tidak hanya di pasar spot, tapi juga di pasar forward. Selain untuk meningkatkan supply dan mengurangi demand, kebijakan itu untuk memberikan sinyal terhadap ekspektasi terhadap rupiah,” kata Perry.
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan kondisi pasar valas di Indonesia saat ini situasinya permintaan valas lebih tinggi dibandingkan suplai yang tersedia.
“Dolar bukan tidak ada, tapi tidak dikonversi sehingga memang perlu ditambah suplai dolar yang mau dikonversi,” ujar Mirza.
Ia menambahkan, ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan dolar ditambah dengan ketidakpastian rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed, yang memicu pelemahan rupiah.
“BI akan masuk ke pasar forward sebagai suplier (penyedia) dan pelaku pasar juga didorong untuk masuk ke forward. Jadi datang dari BI dan juga dari market dengan adanya perubahan persyaratan terkait forward jual,” ujar Mirza.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan