Jakarta, Aktual.co — PT Pertamina (Persero) selama periode Januari-Februari 2015 mencatatkan kerugian bersih sebesar USD212,3 Juta atau setara Rp2,7 triliun. Penyebab utama hal ini dikarenakan meruginya bisnis hilir yang mencapai USD368 juta. Kerugian tidak bisa dihindari meskipun dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) periode Januari-Februari 2015 laba ditargetkan sebesar USD280 juta. Sedangkan RKAP laba bersih dalam selama tahun 2015 diproyeksikan sebesar USD1,731 miliar.
Pada pos EBITDA di Januari-Februari 2015 dibukukan sekitar USD402 juta dolar AS, sedangkan dalam satu tahun (2015) diproyeksikan mencapai sebesar USD5,760 miliar turun tipis dari realisasi tahun 2014 yang sebesar USD5,843 miliar.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, untuk menutupi kerugian tersebut pihaknya akan mengandalkan efisiensi diberbagai aspek.
“Efisiensi akan kita lihat, pertama proses bisnisnya dan segala macam lebih terbuka,” ujar Dwi saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (13/4).
Ia menuturkan, dalam proses pengadaan yang saat ini dikendalikan oleh unit usahanya Integrated Supply Chain (ISC) telah mampu menghemat puluhan juta dolar AS.
“Dari proses pengadaan saja yang kita mulai sentralisasikan kita sudah bisa dapat saving US$30 juta. Jadi itu yang akan menjadi bekal untuk ke depan,” ucap dia.
Selain itu, lanjutnya, Pertamina juga berupaya menekan potensi loses dari 0,4 persen menjadi 0,2 persen.
“Mengawal proses transportasi sehingga kita bisa tekan looses. Looses kita tekan dari 0,4% menjadi sekarang 0,2%. Itu juga akan memberi dampak sangat besar diharapkan. Kemudian juga pengendalian invetory,” terangnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















