Medan, Aktual.com – Gurihnya bisnis belut, menjadikan warga Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara mulai menjadikannya sebagai mata pencaharian utama.
Kepada Aktual.com, David (28) seorang pencari belut di Desa Kebun Pisang, Kecamatan Badiri mengaku harga jual belut cukup menjanjikan.
Di musim tertentu, seperti perayaan hari besar, di level eceran saja harga belut hidup bisa mencapai Rp40 ribu per kilo. Sementara di hari-hari biasa, per kilo dijual di kisaran Rp20 hingga Rp35 ribu.
“Kadang sampai Rp40 ribu di hari raya Lebaran kemarin. Kadang juga bisa turun sampai Rp35 hingga Rp20 ribu, ya tergantung penampungnya,” tutur dia, Selasa (6/10).
Itu jika masih belut mentah. Jika sudah diolah jadi makanan, harganya bisa melonjak hingga ratusan ribu tiap porsinya. “Di Kota Sidempuan itu per porsinya bahkan sampai Rp150 ribu, mahal memang,” ujar dia.
David menuturkan biasa mencari belut di rawa-rawa, parit dan hutan. Pokoknya tiap tempat tergenang air yang berpotensi ada belutnya pasti diubek-ubek.
Untuk menangkap belut, warga biasa menggunakan alat perangkap dari bambu atau biasa disebut bubu yang sudah dipasang umpan dan diletakan di rawa-rawa. Umpannya pun sederhana saja. Olahan bekicot, cacing dan kepala ikan. Dicincang, dibungkus dalam kain kecil lalu diikat di tengah jerat. Beres.
“Umpan itu lah yang memancing belut masuk dalam jerat. Umpan itu kan beraroma dan belut pasti tertarik untuk makan,” tutur David.
Dalam sehari, kata dia, kadang bisa menjaring belum enam sampai tujuh kilo untuk pemasangan 15 bubu.
Penangkap belut biasanya mengumpulkan hasil tangkapan seminggu hingga dua minggu sebelum dijual ke penampung lokal. “Seminggu bisa mengumpul hingga 50 kilogram, dan sekali jual. Ya dikalikan aja paling rendah harganya Rp25 ribu, dalam seminggu bisa dapat Rp1juta lah,” ujar dia.
Artikel ini ditulis oleh: