Jakarta, Aktual.com — Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengklarifikasi ucapannya yang dianggap mengkritik pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo terkait dengan wacana penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), Jumat (2/10) lalu.
Pada saat itu, Agus mengatakan wacana penurunan BBM jangan digunakan untuk pencitraan, melainkan harus lebih mengutamakan konsistensi dan transparansi penghitungan alasan kenapa harga BBM harus diturunkan.
“Saya tidak bermaksud mengkritik namun justru sebaliknya saya ingin mengapresiasi pihak pemerintah,” ujar Agus, dalam keterangan resminya, Rabu (7/10).
Agus mengatakan koordinasi BI dengan pemerintah, khususnya otoritas fiskal dalam beberapa bulan ini telah berjalan dengan baik dan sinergis.
Menurutnya, sinergi kebijakan sangat dibutuhkan demi menjaga stabilitas dan memulihkan kondisi perekonomian nasional saat ini. “Langkah-langkah yang telah ditempuh tersebut juga mendapat apresiasi, baik dari pihak domestik maupun global.”
Agar dapat mengatasi permasalahan ekonomi saat ini, pemerintah, Bank Indonesia serta pihak terkait lainnya perlu bersatu dan berkoordinasi mendorong reformasi struktural.
Agus mengungkapkan pihaknya mengapresiasi langkah-langkah reformasi struktural pemerintah Jokowi-JK yang telah dilakukan dengan sangat baik. Hal ini tercermin dari realokasi subsidi BBM pada November 2014, percepatan pembangunan infrastruktur, dan subsidi bunga untuk usaha mikro kecil menengah. Oleh karena itu ia menilai ucapannya kemarin telah disalahartikan.
“Untuk menjaga momentum pertumbuhan, reformasi struktural harus terus dilanjutkan walaupun kebijakan yang harus diambil cenderung tidak populer,” kata Agus lagi.
Ia memandang rencana penyesuaian harga BBM masih berupa wacana, belum pada tahap diskusi secara serius di lingkungan pemerintah, terlebih lagi di level Presiden.
Tetapi jika langkah itu nantinya ditempuh, pesan yang harus disampaikan kepada publik menurutnya harus konsisten.
“Ini dalam rangka memperkuat dan menyehatkan keuangan negara, supaya defisit dapat terus ditekan, inflasi terkendali, dan rupiah kembali stabil,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan