Palangka Raya, Aktual.com – Seorang peneliti lahan gambut dari Universitas Palangka Raya, Kalimantan, menyatakan pemadaman kebakaran lahan dan hutan menggunakan helikopter sangat tidak efisien, karena membutuhkan biaya besar dengan hasil minim.
“Air yang dijatuhkan dari helikopter cenderung tidak tepat di lahan atau hutan yang terbakar dan jumlah airnya mencapai permukaan tanah akan berkurang,” kata dosen di Universitas Palangka Raya (Unpar) itu, Suwito H Limin di Palangka Raya, Sabtu (10/10).
“Air dijatuhkan tidak mampu memadamkan api. Justru, lapisan gambut akan mengeluarkan banyak asap. Ini yang menyebabkan Palangka Raya terus dilanda kabut asap,” tambahnya.
Selain tidak efisien, penggunaan helikopter menurunkan semangat masyarakat khususnya petugas pemadam kebakaran.
Suwido mengatakan masyarakat di sekitar kebakaran cenderung menjadi penonton karena mengetahui dana yang dipergunakan untuk operasional helikopter sangat besar.
“Masyarakat, khususnya pemadam kebakaran darat diberikan honor sangat kecil, sementara kerja dan resiko mereka sangat besar. Saya sarankan, lebih baik tidak menggunakan helikopter. Sayang juga anggaran yang dipergunakan sangat besar, tapi tidak efisiens,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Biro Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Kalteng Marianitha mengatakan pemadaman menggunakan helikopter jenis Kamov URCIJ dalam menyiram air 95.000 liter di area Pulang Pisang terus dilakukan.
Namun untuk helikopter jenis Bell 214B P2-MSA dan MI-8 tidak dapat melakukan operasi pemadaman karena minimnya jarak pandang.
“Data yang masuk ke posko penanggulangan kebakaran lahan dan hutan Kalteng 2015, jarak pandang cenderung tidak normal atau kisarannya hanya 300 meter. Ini sulit bagi pesawat melakukan ‘water bombing’ (menjatuhkan air”, kara Marianitha.
Artikel ini ditulis oleh: