Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Tengah menginginkan stabilisasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Kalau nilai tukar mata uang lebih stabil maka kami lebih aman dalam melakukan transaksi,” kata Ketua GPEI Jateng Edi Raharto di Semarang, Minggu (11/10).
Menurut dia, stabilisasi nilai tukar mata uang penting dilakukan mengingat para eksportir melakukan transaksi berbasis dolar AS.
“Memang benar sekarang kita tidak diperbolehkan bertransaksi menggunakan mata uang asing, tetapi kan tetap berbasis pada dolar AS. Sementara nilai tukar rupiah hingga saat ini belum stabil terhadap dolar AS,” katanya.
Terkait dengan penguatan dolar AS, banyak orang yang menganggap eksportir yang paling diuntungkan, padahal tidak selalu demikian.
Menurut dia, kondisi pelemahan mata uang yang terjadi di banyak negara berdampak pada menurunnya permintaan negara-negara lain terhadap barang dari Indonesia.
“Kalau situasi ekonomi global bagus mungkin benar para eksportir akan mendapatkan banyak keuntungan. Situasi sekarang kan tidak demikian,” katanya.
Pihaknya tidak menampik ada beberapa sektor usaha yang tetap ramai permintaan. Namun, kondisi tersebut tidak dapat dijadikan sebagai indikator bahwa industri berorientasi ekspor tidak terkena dampak penguatan dolar AS.
“Belum tentu sektor tekstil yang sedang ramai atau mebe. Seharusnya kalau mebel bisa terdongkrak mengingat bahan baku cukup dipenuhi dalam negeri, tetapi ternyata banyak juga yang produksinya lesu karena permintaan juga turun,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby