Jakarta, Aktual.com — PT Central Proteinaprima Tbk menyiapkan diri untuk mendorong dan mendukung budidaya tambak udang Vannamei skala rumah tangga di Lampung, menyusul keberhasilan pengelolaan tambak itu di pesisir kawasan Bangkalan Pulau Madura, Jawa Timur.
Menurut Yulian Mohammad Riza, Corporate Communication PT CP Prima Tbk, saat dihubungi dari Bandarlampung, Selasa (13/10), berdasarkan hasil peninjauan dan pengecekan tim di sejumlah lokasi di pesisir Lampung Selatan, diperkirakan budidaya udang Vannamei skala rumah tangga akan cocok diterapkan di daerah ini.
“Kami sedang merancang untuk mengaplikasikan keberhasilan budidaya udang Vannamei skala rumah tangga dari pengembangan budidaya Kampung Vannamei sebelumnya,” kata Riza pula.
Sebelumnya, Nonot Tri Waluyo, GM Technical Partner Kampung Vannamei Surabaya, didampingi M Zainul Abidin, Technical Sales PT CP Prima setempat membenarkan, setelah dinilai berhasil mendorong pengembangan budidaya tambak udang Vannamei skala rumah tangga di Madura, Jawa Timur, pihaknya berencana mengembangkan budidaya serupa di Provinsi Lampung.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat kami dapat mengembangkan budidaya udang Vannamei itu di Lampung,” ujar Nonot pula.
Dia menyebutkan, kini warga di sejumlah desa Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur telah berhasil mengembangkan tambak udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) skala rumah tangga dengan memanfaatkan tambak “mangkrak” maupun areal kurang produktif.
Sejumlah petambak udang Vannamei di beberapa desa Kecamatan Kwanyar, Bangkalan, Kamis (8/10), mengaku setelah mencoba budi daya udang ini dalam skala rumah tangga pada lahan petakan ratusan meter persegi ternyata hasil panen sangat menguntungkan.
Muhammad Mochlis (42), petambak dari Dusun Tenggengan, Desa Batah Barat, Bangkalan, mengakui sudah membudidayakan udang Vannamei itu dalam periode panen puluhan kali dengan siklus berkisar 100 hari, hasilnya benar-benar menguntungkan.
Dia menyebutkan tiga petakan tambak udang yang dimiliki melalui budidaya udang Vannamei tradisional plus dan semiintensif, periode panen selama tiga kali sekali tebar masing-masing dua kali panen parsial (sebagian) yaitu usia udang 60 hari, 75 hari, dan 95 hari baru dipanen keseluruhannya.
Menurut Nonot Tri Waluyo, Kampung Vannamei adalah revitalisasi tambak idle (mangkrak) yang selama ini tidak aktif milik rakyat melalui budidaya udang Vannamei tradisional plus semiintensif dalam satu kawasan budi daya yang berwawasan lingkungan dengan pola pembinaan kelompok.
Keberhasilan Kampung Vannamei yang dimulai 2002 itu, saat ini dimodifikasi kembali dalam pengembangan rumah tangga Vannamei dalam skala rumah tangga.
“Budi daya udang Vannamei dalam Kampung Vannamei (KaVe) biasanya dalam areal tambak yang cukup luas, sehingga memerlukan modal ratusan juta rupiah hingga miliaran rupiah, dan terbatas petambak yang mampu mengembangkannya,” kata Zainul Arifin pula.
Namun dengan pola Rumah Tangga Vannamei (RtVe), peluang usaha budidaya udang Vannamei itu dapat dilakukan oleh petambak skala petakan kecil ratusan meter persegi, namun diarahkan untuk membentuk kelompok dalam satu lingkungan tertentu.
“Hasilnya lumayan bagus, sehingga saat ini banyak warga kembali merevitalisasi tambak yang mangkrak itu maupun mengembangkan areal tambak baru untuk budidaya udang Vannamei,” kata Nonot lagi.
Di sekitar Kecamatan Kwanyar Bangkalan itu terdapat sekitar 40–50 petambak dengan 100-an petak tambak yang mengembangkan udang Vannamei skala rumah tangga.
Udang Vannamei merupakan udang asli dari Pantai Pasifik Barat Amerika Latin, dan diperkenalkan di Tahiti pada awal 1970.
Udang ini masuk ke Indonesia, menyusul kegagalan usaha budidaya udang Windu, jenis udang asli Indonesia pada 1990-an.
Udang Vannamei memiliki produktivitas lebih tinggi, bisa hidup bertingkat dalam satu areal tambak, dan relatif lebih tahan penyakit.
Tambak rakyat yang dikembangkan di Bangkalan dan wilayah sekitarnya itu, untuk skala rumah tangga dengan luas antara 400 meter persegi maupun 140 meter persegi.
“Kini lahan mangkrak sudah habis, tinggal sedikit yang dibiarkan tak dikelola. Karena itu, kami mendorong warga dapat mengelola lahan sempit yang dimiliki untuk budidaya udang Vannamei skala rumah tangga, dengan teknologi budidaya yang sama dan hasil tetap menguntungkan,” kata Nonot pula.
Dia menyebutkan, standar penebaran benih udang Vannamei itu adalah untuk 1 meter persegi sebanyak 100–200 ekor udang. Diharapkan bisa hidup mencapai 80-an persen.
Potensi Perikanan Besar Provinsi Lampung mempunya potensi budidaya perikanan laut, air payau, dan perikanan darat yang sangat besar.
Menurut hasil Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Lampung Triwulan II Tahun 2015 yang dirilis Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung, sisebutkan bahwa Lampung juga mempunyai lahan potensial untuk budidaya air payau, baik untuk pembesaran ikan/udang maupun pembenihan dengan luas mencapai 61.200 hektare (ha), Potensi tersebut menyebar di Pantai Timur Lampung yang membentang dari utara sampai selatan seluas 52.500 ha, Teluk Lampung 700 ha, Teluk Semangka 2.000 ha dan Pantai Barat Lampung seluas 5.000 ha.
Komoditas yang potensial untuk dikembangkan secara budidaya adalah udang, ikan bandeng, ikan kakap dan ikan kerapu.
Selain budidaya ikan air laut dan payau, Provinsi Lampung juga memiliki potensi untuk budidaya ikan air tawar, salah satunya di Kabupaten Lampung Selatan yang mencapai 275 ribu ton per tahun.
Apabila dilihat dari sumberdaya manusia, di Provinsi Lampung terdapat 520 Kelompok Usaha Bersama (KUB) perikanan tangkap, jumlah ini terus mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun-unittahun sebelumnya.
Dari sisi budidaya, dalam Laporan BI Lampung itu disebutkan, terdapat 144 unit kelompok pembudidaya ikan dengan total anggota sebanyak 1.728 orang pada 2014. Jumlah ini terus bertambah jika dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 40 kelompok dengan anggota 573 orang.
Jumlah kelompok terbesar berada di Kabupaten Tanggamus dengan jumlah kelompok 23 unit dengan total anggota 276 orang, disusul Pesisir Barat dengan 21 kelompok beranggotakan 252 orang.
Pada tahun 2000, produksi perikanan di Lampung sebagian besar masih berasal dari kegiatan usaha penangkapan yang mencapai 85 persen dan sisanya merupakan kegiatan usaha budidaya, khususnya udang dalam skala perusahaan secara intensif dan modern maupun berbagai tambak rakyat dan skala usaha petambak rakyat dan pengusaha menengah.
Perusahaan pengelola tambak udang modern di Lampung antara lain berada dalam kelompok bisnis PT Central Proteinaprima (CP Prima) Tbk yang mengelola areal tambak udang Vannamei di Lampung dan Sumatera Selatan yang berbatasan dengan daerah Lampung.
Provinsi Lampung tercatat sebagai daerah penghasil udang terbesar di Indonesia. Dari produksi udang nasional sebanyak 348.100 ton, sebanyak 45 persen dihasilkan dari wilayah Lampung. Komoditas udang masuk dalam lima produk unggulan ekspor nonmigas Indonesia.
Tercatat pada 2013 volume ekspor komoditas kelautan dan perikanan di Provinsi Lampung mengalami pertumbuhan sebesar 19,18 persen dari sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar minus (-)18,10 persen.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa potensi kelautan dan perikanan di Provinsi Lampung sangat menjanjikan dan sangat diperlukan perhatian khusus untuk menggali potensi-potensi tersebut, demikian hasil kajian Perwakilan BI Provini Lampung.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan