Jakarta, Aktual.com — Beberapa elemen pemuda dan mahasiswa bersiap memperingati setahun pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla yang jatuh pada tanggal 20 Oktober 2015 mendatang. Saat ini, mereka tengah melakukan konsolidasi untuk menambah kekuatan pada puncak kegiatannya sepekan mendatang.

Di Gedung Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (13/10) kemarin, konsolidasi dilakukan melalui diskusi guna menyatukan persepsi dan tekad terkait metode yang akan dilakukan pada 20 Oktober 2015. Diskusi sekaligus memberikan penyadaran pentingnya mengkritisi pemerintahan Jokowi yang dinilai sudah melenceng jaug dari visi-misi awal.

Elemen mahasiswa dan pemuda yang hadir diantaranya Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah (IMM), Gerakan Pelajar Islam Indonesia (GPII), Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI), Himmah Al Wasliyah, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Aliansi Tarik Mandat, Forum Kajian Nasional Mahasiswa Untuk Rakyat, serta beberapa elemen lainnya.

“Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan memberikan peringatan terhadap pemerintah Jokowi-JK hari ini? Mari kita kawal dan turun ke jalan pada tanggal 20 oktober ketika momentum satu tahun pemerintahan Jokowi-JK,” tegas Ketua Forum Kajian Nasional Mahasiswa Untuk Rakyat, Irawan Puspito, kemarin.

Menurutnya, mahasiswa sebagai agen perubahan seharusnya terpanggil nuraninya atas permasalahan yang kini dihadapi bangsa ini. Meski begitu, Irawan tidak menyalahkan sepenuhnya mahasiswa dan pemuda yang diam. Sebab sejak beberapa tahun terakhir mereka dijajah melalui sistem pendidikan.

Melalui perguruan tinggi tempatnya menempuh pendidikan, mereka diarahkan menjadi tenaga terampil siap kerja. Akan tetapi melupakan masalah sosial yang dihadapi masyarakat. Padahal kebijakan demi kebijakan terus dikeluarkan pemerintah tanpa ada yang mengkritisinya.

“Jadi kemudian kalau mahasiswa dan pemuda ditanya kemana, mereka semua ada di kampus dan mengerjakan tugas. Mereka terkurung di lembaga pendidikannya. Mahasiswa sudah terjajah secara sistematis sehingga nalar kritisnya semakin lemah,” jelas Irawan.

Ketua Umum Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Lidya Natala Sartono menambahkan, generasi mahasiswa sekarang sulit untuk gabung dengan organisasi pengkaderan dan memilih untuk mengikuti hawa pragmatismenya.

“Mahasiswa hari ini dididik untuk anti terhadap politik sehingga mereka hanya bisa menyalahkan negara tanpa mengetahui sebab dan realitasnya. Saya pikir ini adalah virus yang berbahaya yang bisa menghacurkan bangsa ini lewat mahasiswa,” demikian Lidya.

Artikel ini ditulis oleh: