Jakarta, Aktual.com — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyinggung soal ladang gas Blok Masela dalam rapat kerjanya bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI.

Rizal menyampaikan keinginannya agar pembangunan ladang gas abadi ini menggunakan skema onshore agar dapat  bermanfaat bagi rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Maluku.

“Ada usulan pembangunan kilang dengan fasilitas pengolahan LNG terapung (floating LNG/FLNG), itu tidak tepat. Karena itu sama saja membangun tiga kali panjang Monas. Tentu tidak tepat kalau dibilang biaya lebih murah,” kata Rizal di gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (13/10).

Ia menjelaskan, Australia saja masih melakukan ujicoba terhadap LNG terapung tersebut. Bahkan belum ada penelitian yang menyebutkan LNG terapung bisa berhasil dan bisa dibangun dengan biaya yang murah.

“Kita jangan mau jadi kelinci percobaan lagi, pejabat kita terima info mentah-mentah tanpa melakukan evaluasi,” ujarnya.

Untuk itu, menurut Rizal, yang paling tepat adalah menggunakan skema pipanisasi (onshore). Terkait adanya palung yang terlalu dalam sehingga disebut menghambat skema onshore, Rizal mengaku telah mendapatkan penelitian dari ahli geologi, membuktikan jika palung tersebut tidaklah dalam dan tidak akan menghambat proses pipanisasi.

“Kalau kita bikin di darat (pipanisasi) biayanya pasti lebih murah dari pada terapung,” tambahnya.

Dirinya mengaku tidak akan membiarkan peluang memperbaiki nasib rakyat Maluku terlewatkan begitu saja. Pasalnya, dengan onshore, Rizal optimis akan memberikan multiplier effect yang sangat besar bagi Maluku.

“Kalau dibikin terapung, diambil gasnya, dibawa ke luar rakyatnya enggak dapat apa-apa, peluang kesempatan emas nasib tiga juta orang Maluku enggak bisa diperbaiki, kalau dikelola lebih cerdas belajar dari masa lalu, diambil diekspor, dibiayai cost recovery. Terserah pabrik mau di laut dan di darat dibiayai dari negara,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka