Tapak Tuan, Aktual.com – Tokoh masyarakat barat selatan, Jasman ST menilai terjadinya bentrok antar kelompok warga di Kabupaten Aceh Singkil, Selasa (13/10), bukan dipicu persoalan agama melainkan lebih kepada persoalan kesenjangan ekonomi.
“Persoalan kesenjangan ekonomi ini bagaikan ‘bom waktu’ yang sudah cukup lama dikeluhkan oleh mayoritas masyarakat setempat, tapi tidak pernah terangkat ke permukaan,” kata Jasman yang juga anggota DPRK Aceh Selatan saat dihubungi di Tapaktuan, Sabtu (17/10).
Buktinya, lanjut dia, dari sekian banyak perusahaan perkebunan sawit yang ada di daerah itu, sebagian besar pekerjanya didatangkan dari luar daerah, sementara masyarakat setempat justru tidak dipakai.
Padahal, ujarnya, dengan keberadaan perusahaan-perusahaan sawit berskala besar yang beroperasi di Aceh Singkil selama ini, telah mengakibatkan semakin menyempitnya ketersediaan lahan pertanian dan perkebunan bagi warga pribumi untuk mereka bercocok tanam atau membuka usaha.
Sebab, hampir sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Singkil itu terdiri dari lahan perkebunan sawit dimana mayoritasnya dikelola oleh perusahaan-perusahaan besar dari luar daerah, hanya sebagian kecil lahan yang mampu dikelola oleh masyarakat.
“Artinya bahwa hampir mayoritas masyarakat Aceh Singkil itu menggantungkan mata pencahariannya pada sektor perkebunan sawit, baik menjadi buruh di perusahaan maupun membuka kebun sendiri. Nah, ketika dalam pelaksanaan di lapangan ternyata cukup banyak masyarakat pribumi yang tidak terakomodir, ini tentu bagian dari persoalan dari banyak persoalan-persoalan lainnya yang menjadi pemicu sehingga terjadinya gejolak,” ujar legislator dari Partai Hanura ini.
Seharusnya, kata dia, persoalan kesenjangan ekonomi seperti itu segera mendapat perhatian serius untuk dicari solusi penyelesaian dari Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil, bukan justru membiarkan benih-benih konflik itu tumbuh di tengah-tengah masyarakat setempat.
Artikel ini ditulis oleh: