Malang, Aktual.com – Sedikitnya perawat di Indonesia yang mengantongi sertifikat berstandar internasional, membuat mereka sulit bekerja di dunia internasional. Hal itu diakui Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.

Padahal, kata Khofifah, kesempatan untuk bekerja di dunia internasional sangat terbuka. Sebab banyak negara di Asia maupun Eropa barat yang membutuhkan bantuan jasa perawat dari Indonesia.

“Perawat di Indonesia dianggap memiliki keterampilan yang memadai, ketelitian dan ketelatenan yang tinggi dalam merawat pasien,” kata Khofifah, di Malang, Minggu (18/10).

Sebenarnya, kata dia, ini kesempatan baik untuk menempatkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia di bidang keperawatan dan pekerjaan sesuai dengan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki perawat.

Tiap tahun, jumlah perawat profesional ataupun yang sedang menempuh pendidikan keperawatan di Indonesia terus bertambah. SDM keperawatan yang melimpah akan terbuang sia-sia jika lapangan pekerjaan untuk perawat di negara ini tidak bertambah.

Oleh karena itu, lanjutnya, kesempatan muntuk menempatkan perawat Indonesia ke negara lain harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Hanya saja, kendalanya adalah perawat di Indonesia hanya sedikit yang memiliki sertifikasi Internasional, sehingga untuk bisa menyalurkan tenaga perawat profesional ke negara lain cukup sulit.

Ia mencontohkan Princess Thailand membutuhkan sebanyak 100 orang perawat dari Indonesia untuk berkerja di negaranya. Dari ratusan perawat yang diseleksi, yang memenuhi standar hanya 10 orang, karena hanya 10 orang itulah yang memiliki sertifikasi internasional.

Oleh karena itu, katanya, pemerintah terus berupaya untuk memberikan sertifikasi internasional pada tiap bidang pekerjaan. Selain itu, perlu adanya peran instansi pendidikan atau perguruan tinggi yang bisa menjalin kerja sama dan hubungan baik dengan lembaga di negara lain.

“Kerja sama itu bisa dimanfaatkan untuk mengeluarkan sertifikasi atau penilaian internasional yang diberikan langsung oleh negara luar. Sebenarnya, sertifikasi internasional bisa diperoleh dari kerja sama perguruan tinggi dengan instansi atau lembaga di negara lain, namun PT harus mampu menyiapkan dosen, materi perkuliahan hingga lulusan bertaraf internasional,” ujarnya.

Khofifah memberi contoh kampus Universitas Islam Malang (Unisma) yang memiliki banyak fakultas dan jurusan dari sosial hingga sains, ditambah dengan berbagai prestasi yang diraih, sarana prasarana kampus yang lengkap dan gedung yang bagus.

“Kondisi itu akan mampu menarik minat lembaga atau instansi dari negara luar untuk berkerja sama, termasuk dalam mengeluarkan sertifiaksi profesi karena sarana dan prasaranya mendukung,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh: