Jakarta, Aktual.com —  Penyaluran kredit PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk pada triwulan III-2015 mencapai Rp56,9 triliun, tumbuh 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp51,1 triliun.

“Pertumbuhan kredit dimotori oleh peningkatan kredit ke segmen masyarakat prasejahtera produktif serta pelaku UMKM,” ujar Dirut BTPN Jerry Ng di Jakarta, Senin (19/10).

Lebih lanjut dikatakan, kredit prasejahtera produktif naik 46 persen (yoy) menjadi Rp3,2 triliun dan kredit UMKM naik 31 persen (yoy) menjadi Rp15,2 triliun.

“Data ini memperlihatkan tingginya kebutuhan pendanaan di kelompok masyarakat bawah, serta aktivitas UMKM yang tetap menggeliat di tengah perekonomian yang menantang. Kami senang, dalam situasi ini dapat terus meningkatkan partisipasi dalam membiayai UMKM,” ujar Jerry.

Jerry menuturkan, kenaikan penyaluran kredit tetap diimbangi dengan asas kehati-hatian yang tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) terjaga di 0,8 persen. Rasio tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan data rata-rata NPL industri perbankan yang cenderung meningkat selama tiga triwulan terakhir.

“Kami bersyukur, BTPN tetap mampu menjalankan fungsi intermediasi secara optimal di tengah situasi perekonomian yang menantang. Pertumbuhan kredit sebesar 11 persen dengan NPL terjaga di 0,8 persen menunjukkan kami masih ekspansif dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian,” kata Jerry.

Hingga akhir September 2015, BTPN telah menyelenggarakan 24.366 aktivitas Daya. Sedangkan jumlah peserta Program Daya mencapai 347.964 nasabah. Data ini menunjukkan tingginya minat nasabah untuk mengikuti program pemberdayaan.

Per 30 September 2015, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp59 triliun, tumbuh 12 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp52,6 triliun. Tingkat rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) mencapai 96 persen, lebih baik dari posisi tahun lalu yang berada di level 97 persen.

“Apabila memperhitungkan pendanaan dari obligasi dan pinjaman bilateral, rasio likuiditas BTPN berada di 87 persen, sangat kuat dan sehat,” kata Jerry.

Pertumbuhan yang moderat di sisi kredit, mendorong peningkatan aset BTPN sebesar 12 persen (yoy) dari Rp71,7 triliun menjadi Rp80,1 triliun pada 30 September 2015. Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 23,8 persen.

Dengan berbagai pencapaian tersebut, hingga akhir September 2015, BTPN mencatat laba bersih setelah pajak (NPAT) sebesar Rp1,38 triliun, lebih rendah 3 persen dari periode tahun lalu sebesar Rp1,42 triliun.

“Jika tidak memperhitungkan investasi baru, laba kami sejatinya tumbuh positif. Kami optimistis, ke depan BTPN akan lebih baik lagi,” ujar Jerry.

 

Artikel ini ditulis oleh:

Eka