Jakarta, Aktual.com — Harga minyak AS jatuh pada Rabu (21/10) pagi, karena para pedagang menunggu laporan pemerintah AS hari berikutnya tentang persediaan komersial, memperkirakan sebuah peningkatan yang akan menambah pasokan global yang berlimpah.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun 34 sen menjadi berakhir di 45,55 dolar AS per barel dibandingkan dengan penutupan Senin. Kontrak berjangka November berakhir pada Selasa.

Sementara itu, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, patokan global, naik tipis 10 sen menjadi ditutup pada 48,71 dolar AS per barel di perdagangan London.

Para pedagang sedang menunggu rilis data persediaan minyak mentah komersial AS untuk minggu lalu pada Rabu. Departemen Energi AS (DoE) diperkirakan melaporkan persediaan naik 3,75 juta barel, menurut survei Bloomberg News terhadap para ahli.

“Saya pikir pasar sedang bersiapkan untuk penumpukan stok yang signifikan,” kata Robert Yawger dari Mizuho Securities. Namun, ia mengatakan, DoE juga bisa melaporkan penurunan lain dalam produksi minyak mentah AS, “menawarkan beberapa tingkat dukungan”.

Untuk pekan yang berakhir 9 Oktober, persediaan minyak mentah AS naik 7,6 juta barel menjadi 468,6 juta barel, 98 juta barel lebih besar dari satu tahun sebelumnya, menurut laporan mingguan DoE. Persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak AS, naik 1,12 juta barel menjadi 54,2 juta barel.

Harga berada di bawah beberapa tekanan oleh berita bahwa stok minyak mentah Arab Saudi berada di rekor tertinggi dan harapan peningkatan produksi Iran karena potensi pencabutan sanksi Barat terhadap Republik Islam.

“Menteri Energi Iran menambahkan terhadap prospek yang tertekan ini, menyatakan pada konferensi industri di Teheran bahwa negaranya bertujuan akan mengembalikan pangsa ekspor minyak mentah globalnya dalam beberapa bulan setelah sanksi dicabut,” kata Kash Kamal, analis riset senior di Sucden Financial.

Pedagang juga menunggu pertemuan teknis para ahli OPEC dan non-OPEC di Wina pada Rabu, di tengah dorongan oleh beberapa produsen termasuk Venezuela untuk langkah-langkah menaikkan harga.

“Sementara dalam teori ada beberapa peluangtipis bahwa kemungkinan ada beberapa gerakan menuju upaya bersama untuk membatasi produksi guna mendukung harga, kami percaya agenda akan berjalan lebih ke arah berbagi data pasar,” kata Tim Evans dari Citi Futures.

Dalam laporan komoditas kuartalan terbaru yang dirilis pada Selasa, Bank Dunia menurunkan proyeksi 2015 untuk harga minyak mentah dari 57 dolar AS per barel dalam laporan Juli menjadi 52 dolar AS per barel.

Revisi perkiraan tersebut mencerminkan pelambatan lebih lanjut dalam kinerja ekonomi global, persediaan minyak yang tinggi saat ini, dan perkiraan bahwa ekspor minyak Iran akan naik setelah pencabutan sanksi internasional, menurut Prospek Pasar Komoditas terbaru Bank Dunia.

“Dampak potensial dari ekspor minyak dan gas Iran di pasar global dan regional bisa menjadi besar dalam jangka panjang jika Iran dapat menarik investasi asing yang diperlukan dan teknologi untuk meningkatkan cadangan substansialnya,” kata Ayhan Kose, direktur Development Prospects Group, Bank Dunia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan