Jakarta, Aktual.co — Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya Widya Yudha meminta Pertamina memaparkan transparansi kerugian yang dialami sepanjang kuartal pertama 2015. Pasalnya, dalam RDP dengan komisi VI DPR RI, diungkapkan bahwa Pertamina mengalami USD700 juta target yang tercecer sampai bulan Maret dengan kerugian USD212 juta hingga bulan Februari 2015. Pertamina akan merugi USD1 miliar (Rp13 Triliun kurs Rp13.000) hingga akhir tahun jika tidak merubah perhitungan dengan cara yang efisien.
“Pertamina kita jadwalkan (panggil) Minggu depan, kita menginginkan adanya transparansi dari mereka, apakah kerugiannya karena investasi ataukah aktifitas di hilirnya,” ujar Satya Yudha di Jakarta, Kamis (9/4).
Menurutnya, pertamina memiliki perhitungan sendiri. Karenanya, komisi VII meminta pertamina menyampaikan secara detail perhitungan kerugian tersebut. Terkait perhitungan BBM, Satya juga mempertanyakan transparansi Pertamina yang mempunyai perhitungan sendiri, berbeda dengan kementerian ESDM.
“Saya melihat Pertamina mempunyai perhitungan BBM jenis premium yang berbeda dengan yang diputuskan dengan kementerian ESDM. Kita masih belum tahu, maka kita minta Pertamina untuk menyampaikan kepada kita agar bisa menentukan langkah-langkah apa yang harus kita lakukan di dalam bisnis Pertamina,” katanya
Selain itu, perbedaan perhitungan tersebut berdampak pada selisih pendapatan. Jika pemerintah tidak memberikan subsidi maka kerugian akan mencapai Rp4,6 triliun selama satu tahun.
“Mereka menghitung harga BBM jenis premium di Rp8.300 sementara kementerian ESDM menghitung di Rp7.300. Berarti ada selisih Rp1.000 di tiap liternya. Bisa dibayangkan rp1.000 kalau konsumsi masyarakat Indonesia 46juta/kl per tahun maka ada potensi kerugian Rp4,6 triliun. Berarti kalau pemerintah tidak menyuntikan dana subsidi akibat perbedaan premium Rp8.300 dengan perhitungan pemerintah Rp7.300 maka 1 tahun membutuhkan 4,6 triliun,” katanya
Seperti diketahui, Dirut Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan laba bersih pertamina minus USD212 juta atau sekitar Rp2,7 triliun hingga bulan Februari. Itu menunjukkan Pertamina rugi USD212 juta.
Sebelumnya, Ketua Komisi VI DPR RI Hafisz Tohir mempertanyakan Pertamina mengalami USD700 juta target yang tercecer sampai bulan Maret dengan kerugian USD212 juta hingga bulan Februari 2015. Menurutnya, pertamina akan merugi USD1 miliar (Rp13 Triliun kurs Rp13.000) hingga akhir tahun jika tidak merubah perhitungan dengan cara yang efisien.
“Ada kerugian USD212 juta. Kalau kita hitung target keuntungan Pertamina per bulan Maret itu USD500 juta. Artinya ada target yang terececer USD700 juta,” ujar Ketua Komisi VI Hafisz Tohir di Jakarta.
Menurutnya, Pertamina telah merugi USD712 juta berdasarkan perhitungan kerugian dari laba bersih USD210 juta ditambah dengan target yang tidak tercapai USD502 juta.
“Jadi minus USD210 juta dan positif USD502 juta itu nggak tercapai selisih nya itu, yang gap nya itu USD712 juta. Ini akan cenderung terus sampai akhir tahun di medium semester kedua di kuartal ke-3 tahun 2015. Kalau bulan Desember dirata-rata maka bisa saja pertamina menelan kerugian hingga USD1 miliar. Dirut Pertamina harus mengubah cara pikirnya dengan cara-cara yang efisien,” ujar Hafisz.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka