Jakarta, Aktual.com – Sekjen The Jakmania berinisial F memberi pernyataan terkait proses hukum yang tengah dihadapinya. Dalam surat pernyataan yang dimulai dengan permintaan maaf itu, F antara lain menjelaskan tentang ‘tweet war’ di akun twitter-nya.

Dia mengakui kalau pernyataan-pernyataannya tweet-nya lebih merupakan emosi sesaat, dan bukan merupakan tindakan yang sistematis untuk mengganggu suporter lain yang berlaga di final Piala Presiden 2015 di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) 18 Oktober lalu.

F juga membantah mengendalikan atau mendesain insiden-insiden pelemparan terhadap suporter sebelum atau pasca pertandingan.

“Bahwa saya tidak bermaksud untuk melakukan provokasi, saya tidak mengendalikan atau mendesain insiden-insiden pelemparan yang terjadi dalam kurun pelaksanaan Piala Presiden 2015,” tulis F, dalam pernyataan yang tertanggal  21 Oktober 2015, yang diterima Aktual.com.

Berikut pernyataan lengkapnya:

Assalamualaikumm wr.wb

Pertama saya ingin menyampaikan perkenankanlah saya Febriyanto, Sekretaris Jenderal Jakmania untuk memberikan keterangan terkait dengan insiden Piala Presiden dan proses hukum yang saya hadapi.

Kedua, saya ingin menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada keluarga saya, keluarga besar Jakmania atas proses hukum yang saya hadapi yang membuat ketidaknyamanan atau hal-hal lain yang menyusahkan selama proses hukum berlangsung.

Ketiga, saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada publik Jakarta, Bapak Kapolda dan jajaran Polda Metro Jaya, Gubernur DKI Jakarta dan bagi siapapun yang merasakan ketidaknyamanan dan keresahan atas tweet-tweet saya yang dianggap melakukan provokasi.

Dapat saya sampaikan, bahwa saya tidak bermaksud untuk melakukan provokasi, saya tidak mengendalikan atau mendesain insiden-insiden pelemparan yang terjadi dalam kurun pelaksanaan Piala Presiden 2015.

Adapun, terkait dengan pernyataan saya di Twitter, saya dapat sampaikan klarifikasi sebagai berikut:

Pertama, pernyataan saya terkait dengan tolakpersib adalah merupakan bentuk kontribusi dan kritikan saya untuk suksesnya pelaksanaan Piala Presiden 2015. Pada saat itu, saya melihat penolakan yang besar dari elemen JakMania terhadap pelaksanaan Piala Presiden 2015 di Jakarta, khususnya keberadaan Persib di Jakarta, sehingga saya berinisiatif untuk mengingatkan betapa tidak kondusifnya jika pelaksanaan Piala Presiden 2015 di Jakarta.

Kedua, saya mengakui bahwa beberapa pernyataan saya dapat menimbulkan persepsi provokatif, hal ini merupakan kekhilafan saya karena tidak menyadari posisi saya sebagai Sekjen Jakmania dan sensitifitas isu yang saya tweetkan. Namun demikian, beberapa mention yang masuk ke saya, sehingga terjadi saling balas membalas (tweet war). Jika ada pernyataan keras, hal tersebut merupakan emosi sesaat dan bukan merupakan pernyataan sungguhan yang berasal dari dalam hati saya.

Ketiga, dan merupakan hal paling penting, saya adalah Bandung dan Bandung adalah saya. Bandung adalah rumah kedua saya, selama kurang lebih 10 tahun saya hidup, belajar dan membina hubungan dengan banyak komunitas di Bandung. Banyak kawan-kawan saya adalah pendukung Persib. Saya tidak mungkin dan tidak ada dalam hati saya untuk mengobarkan kebencian kepada Bandung atau pun Persib.

Saya mengakui persoalan Persib dan Jakmania merupakan persoalan perseteruan yang berakar kuat. Sangat dalam, yang tidak dapat diselesaikan dalam satu malam. Layaknya sebuah kelompok, Jakmania atau Bobotoh ataupun pendukung sepakbola manapun selalu terdapat elemen-elemen garis keras yang terkadang memilih jalan kekerasan untuk mengekspresikan dukungannya terhadap tim sepak bola kesayangannya. Hal inilah yang saya coba ingatkan kepada pihak yang berkepentingan melalui pernyataan-pernyataan di tweet saya, saya melihat kondusifitas Piala Presiden 2015 menjadi tidak konsuduf untuk dilaksanakan di Jakarta. Pernyataan saya di Twitter hanya merupakan sebuah bentuk penyampaian aspirasi dari teman-teman JakMania yang berkeberatan pada pelaksanaan Piala Presiden 2015 untuk diadakan di Jakarta.

Namun lagi-lagi saya harus mengakui kekhilafan saya, sebagai Sekjen sudah seharusnya peran saya untuk menyampaikan secara proporsional dan melalui jalur yang benar terkait dengan situasi yang ada. Saya juga mengakui bahwa saya sebagai Sekjen seharusnya tidak cukup hanya menampung aspirasi teman-teman Jakmania, namun juga dapat dengan bijak mengingatkan dan membina teman-teman untuk menyampaikan aspirasinya secara tertib dan sesuai dengan hukum yang berlaku, walaupun harus saya sampaikan bahwa anggota-anggota Jakmania merupakan organisasi cair yang tidak dapat dikendalikan secara total oleh struktur organisasi.

Untuk hal-hal tersebut di atas, perkenankanlah sekali lagi untuk menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga saya, keluarga besar JakMania, Bapak Kapolda dan jajarannya, Bapak Gubernur dan publik Jakarta atas ketidakbijakan dan kegagalan saya sebagai Sekjen JakMania dalam memberikan pembinaan terhadap para anggota JakMania, terutama terkait dengan pelaksanaan Piala Presiden 2015.

Saya juga ingin menyampaikan bahwa ke depannya, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membina Jakmania sebagai suporter sepak bola yang baik dan tertib dan menjadikan sepak bola sebagai alat pemersatu bukan memecah belah. Lebih khusus, saya juga akan dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk mengadakan upaya-upaya rekonsiliasi antara The Jak dengan Bobotoh untuk menghilangkan segala perseteruan yang ada agar kami sebagai basis suporter terbesar di Indonesia dapat menciptakan iklim persepakbolaan yang kondusif.

Artikel ini ditulis oleh: