Jakarta, Aktual.com — Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) mengecam pernyataan beberapa pejabat publik yang menyatakan bahwa jika Indonesia tidak memperpanjang Kontrak Karya PT. Freeport akan terjadi kekacauan ekonomi, APBN akan mengalami kolaps.
Koordinator JATAM, Hendrik Siregar mengatakan, beberapa angota DPR RI memiliki mental terjajah dan telah merendahkan martabat bangsa hanya karena PT Freeport Indonesia (PTFI). Pemikiran yang seakan-akan jika tidak memperpanjang Kontrak Karya Freeport (KK Freeport) maka langit akan runtuh, Kekacauan ekonomi, APBN Kolap, merupakan mental terjajah, mengangggap Freeport “Dewa” penyelamat satu-satunya, yang harus dijamu, dilayani, dihormati kalau perlu dijadi paham nasionalisme.
“Logika para inlander yang menyebut APBN akan kolap, sungguh sudah dibutakan oleh nasionalisme Freeport, sibuk mencari celah hanya untuk memperpanjang kontrak, dengan membual kesana-kemari,” ujar Koordinator JATAM, Hendrik Siregar dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (22/10).
Dirinya membandingkan pada awal 2014, Freeport menyetor pajak dan royalti Rp5,6 triliun, sementara pemerintah pada tahun yang sama harus membayar bunga dan pokok utang mencapai Rp65,5 triliun. Mengapa membayar utang sebesar Rp65,5 triliun tidak disebut kolap?
“Jauh lebih senang kehilangan uang sebelas kali lipat untuk membayar utang dari pada kehilangan Freeport,” jelasnya.
Berkaca kebelakang, saat kewajiban smelter diimplementasikan pada 2014, banyak perusahaan tambang yang menjerit, bahkan berhenti beroperasi sementara untuk membangun smelter. Beberapa negara anggota WTO seperti Jepang Bahkan, PT. Newmont Nusa Tenggara menggugat pemerintah Indonesia ke pengadilan Arbitrase, faktanya tidak terjadi kekacauan ekonomi yang hebat.
“Hentikan segala omong kosong yang berlebihan mengenai Freeport, Freeport harus diperlakukan sama dengan perusahaan-perusahaan lainnya untuk menegakkan kedaulatan bangsa. Jangan karena tidak mengikuti kemauan Freeport, tidak nasionalis karena tidak membela kepentingan negara. Nyatanya hanyalah kepentingan segilintir orang yang rakus dan haus kekuasaan,” pungkasnya. (laporan: Dadangsah)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka