Jakarta, Aktual.co — PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) Palembang mengalami kerugian Rp6 miliar untuk pembayaran pinjaman ke bank pada periode Januari hingga Februari 2015 akibat penguatan mata uang dolar terhadap rupiah.

Direktur Utama PT Pusri Palembang Musthofa mengatakan, selisih kurs yang cukup tajam itu telah mempengaruhi aliran dana perusahaan sehingga dipastikan akan mengurangi keuntungan pada 2015.

“Pusri terus terkena selesih kurs, jadi kondisi ini jelas memberatkan, apalagi perusahaan berutang dengan bank untuk menutupi piutang pemerintah karena utang perusahaan sendiri ada dua jenis, yakni porsi dolar dan porsi rupiah,” ujar Musthofa di Palembang, Kamis (9/4).

Terkait dengan piutang pemerintah, ia menjelaskan, PT Pusri sementara ini telah menerima pelunasan pembayaran subsidi pupuk pada 2012 dengan nilai Rp219 miliar. Sedangkan pada 2013, pemerintah telah melunasi separuh dari utang yakni Rp550 miliar.

“Untuk tahun 2014, masih menunggu audit BPK sehingga jika ditotal jumlah piutang pemerintah mencapai kurang lebih Rp2,5 triliun. Jika ditanya apakah ini mempengaruhi perusahaan, tentu saja iya meski ditutup pinjaman bank,” kata dia.

Ia menjelaskan, keuangan perusahaan menjadi terbebani lantaran untuk menutupi piutang pemerintah tersebut sehingga harus meminjam uang ke bank sekitar Rp1,6 triliun. Artinya, Pusri harus mengeluarkan dana tambahan untuk membayar bunga.

Sementara di sisi lain, pemerintah tidak mengganti seratus persen karena mengoreksi biaya subsidi dan nonsubsidi secara proporsional.

“Pemerintah berjanji, untuk piutang subsidi pupuk pada 2013 akan dilunasi Juni atau Juli ini dengan nominal sekitar Rp600 miliar. Harapannya pemerintah yang sudah baik ini segera menyelesesaikan karena kondisi ini mempengaruhi keberlangsungan dana operasional,” ujar dia.

Dalam satu bulan, katanya, Pusri membutuhkan Rp1,2 triliun karena penjualan yang sudah mencapai Rp9 triliun.

“Terlepas dari persoalan piutang pupuk subsidi pemerintah ini, Pusri tetap menjalankan peran dalam menyalurkan pupuk ke petani. Hingga April ini sudah tidak ada lagi keterlambatan penyaluran untuk akhir musim tanam karena sejatinya untuk penyaluran telah melewati masa kritis yakni periode Desember-Maret,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka