Medan, Aktual.com – Direktur UNESCO Asia Pasifik, Prof Dr Shahbaz mengatakan bahwa terjadinya alih fungsi lahan, menjadi salah satu kendala dalam menjaga kualitas air. Alih fungsi lahan itu terutama menjadikannya sebagai wilayah permukiman.
“Ancaman tersebut berasal dari alih fungsi lahan jadi pemukiman warga. Ini bisa mencemarkan kualitas air dan itu harus dipikirkan PDAM Tirtanadi mulai dari sekarang. Karena dengan banyaknya permukiman akan terjadi polusi di bagian hulu,” ujar Shahbaz saat mengunjungi sumber mata air Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (21/10).
Shahbaz mengatakan, kualitas air yang dimiliki sumber air Sibolangit yang selama ini diketahui sebagai sumber air PDAM Tirtanadi Sumut, memiliki kualitas yang baik. Untuk itu dirinya berharap agar kualitas air itu dapat dipertahankan.
Apabila polusi sudah terjadi di sumber air Sibolangit, lanjutnya, maka secara otomatis kualitas air akan menurun dan biaya pengolahan air akan lebih mahal.
“Kualitas air di sini sangat bagus bahkan lebih bagus dari sumber air di negara kami. Dan kami, orang-orang yang datang ini dari 19 negara dan semuanya ahli tentang air. Tujuan kami ke sini untuk melakukan research tentang kualitas air di Indonesia khususnya di Kota Medan,” katanya.
Sementara itu, Direktur Air Minum PDAM Tirtanadi Delviyandri mengatakan kedatangan UNESCO ke sumber air Sibolangit dalam rangka International Simposium di bidang air minum dan air limbah. Simposium ini juga untuk merayakan HUT UNESCO yang ke-70.
“Jadi, mereka (UNESCO) ke Sibolangit untuk melihat warisan dari zaman dulu yang merupakan heritage dari sumber mata air yang di bangun Belanda tahun 1905 dan ini harus kita pertahankan,” katanya.
UNESCO, kata Delviyandri akan membuat research bagaimana agar air di Sibolangit tidak habis dan tidak tercemar. “Mereka akan lakukan penelitian dan itu akan membantu kita dalam menghadapi tantangan ke depan,”ujarnya.
Dengan penelitian itu nantinya, sambungnya, PDAM Tirtanadi akan menggunakan research atau penelitian untuk bekerjasama dengan pemerintah Deliserdang maupun Provinsi Sumatera Utara yang berguna untuk meluaskan daerah resapan air.
“Karena kalau tidak kita pertahankan, bisa-bisa air di sini akan habis. Karena di sumber air di Sibolangit dan Pancurbatu sudah banyak pemukiman yang bisa disebut sebagai ancaman bagi produksi resapan air kita,” katanya.
Dikatakan Delviyandri, hasil dari penelitian yang dilakukan UNESCO nantinya akan menjadi acuan PDAM Tirtanadi untuk menyampaikan pelaporan kepada pemerintah.
“Apakah tanah masyarakat akan dibeli pemerintah dan akan dijadikan hutan perlindungan atau ada kebijakan lain dari pemerintah. Tapi, tanpa penelitian dari UNESCO kita tidak bisa mengajukan ke pemerintah terkait daerah mana saja resapan air yang akan berkurang,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh: