Menko Perekonomian Sofyan Djalil (tengah) bersama Gubernur BI Agus Martowardojo (kiri) dan Menkeu Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan kepada wartawan usai rapat koordinasi dengan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam Forum Round Table Policy Dialogue di Gedung BI, Jakarta, Selasa (4/8). Pemerintah dan BI sepakat terus memperkuat koordinasi kebijakan moneter, fiskal dan reformasi struktural untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/nz/15

Jakarta, Aktual.com — Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) berkomitmen untuk terus berkoordinasi dan meningkatkan pengawasan dalam menyikapi perkembangan perekonomian nasional yang saat ini sedang menghadapi tekanan internal maupun eksternal.

“Kami di FKSSK akan terus mengawasi dan ‘concern’ pada tekanan di sistem keuangan yang saat ini terjadi akibat faktor eksternal dan domestik,” kata Menteri Keuangan merangkap Ketua FKSSK Bambang Brodjonegoro seusai rapat FKSSK di Jakarta, Kamis (22/10) malam.

Hadir dalam rapat FKSSK tersebut Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad serta Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Halim Alamsyah.

Bambang mengatakan sejumlah indikator makro ekonomi menunjukkan stabilitas sektor keuangan dalam keadaan baik, meskipun masih ada tekanan yang memengaruhi pasar saham maupun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Dari sisi pemerintah, salah satu faktor domestik yang berpotensi memberikan tekanan terhadap kinerja perekonomian adalah realisasi penerimaan pajak yang diperkirakan sulit mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya.

“Kami mewaspadai tekanan di APBN, terutama dari sisi penerimaan yang masih tertinggal. Tapi kita upayakan dalam tiga bulan akan membaik melalui upaya yang sudah dilakukan, maupun kebijakan yang sudah dikeluarkan,” ujar Bambang.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menambahkan dari segi nilai tukar rupiah, inflasi maupun defisit neraca transaksi berjalan kondisinya sudah lebih baik dan diperkirakan terkendali hingga akhir tahun.

“Kami melihat dalam fundamental ekonomi dalam negeri ada kondisi perbaikan cukup berarti dan itu terlihat di inflasi. Memang ini menunjukkan adanya penguatan tapi kami juga memperhatikan kondisi eksternal,” katanya.

Agus juga memastikan Bank Indonesia akan selalu memantau pergerakan nilai tukar rupiah hingga akhir tahun, apalagi sejak awal Oktober 2015 kurs mulai menunjukkan adanya tanda-tanda penguatan terhadap dolar AS.

“Volatilitas nilai tukar masih berada pada range Bank Indonesia, yaitu dibawah 12 persen. Kalaupun pada September ada volatilitas tinggi, pada Oktober bisa kembali pada tingkat yang kami inginkan,” ujarnya.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Halim Alamsyah mengatakan hingga saat ini tidak ada perubahan perilaku dari nasabah bank, yang berarti masyarakat masih percaya terhadap stabilitas dan ketahanan ekonomi nasional.

“Dengan perilaku saat ini dan sektor perbankan yang baik kondisinya, LPS telah menurunkan suku bunga untuk mendukung langkah perbankan untuk ekspansi usahanya. Ini bisa membuat dana masyarakat maupun dana luar negeri masuk ke perbankan dalam negeri,” ujarnya.

Halim memastikan LPS akan menjamin dana tabungan masyarakat yang saat ini berjumlah kurang lebih 149,7 juta rekening agar simpanan para nasabah terlindungi dari kemungkinan terburuk yang bisa menganggu kinerja perekonomian.

Secara keseluruhan, FKSSK optimistis hingga akhir tahun 2015 kondisi moneter, fiskal, pasar dan lembaga keuangan serta penjaminan simpanan masih terjaga dengan baik, meskipun ada risiko tekanan eksternal dan domestik.

Dalam kesempatan yang sama, FKSSK juga mengingatkan pentingnya RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (RUU JPSK) agar segera diselesaikan, karena perangkat tersebut merupakan landasan hukum yang lebih kuat dalam mengatasi gejolak pada sistem keuangan.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan