Jakarta, Aktual.com — Bank Indonesia (BI) mengklaim penguatan rupiah terhadap dolar AS belakangan ini didorong oleh faktor eksternal dan faktor internal.
“Rupiah menguat 0,9 persen (Jumat), mulai siang menguat 1,1 persen. Ya ada dua sebab, pertama kalau dari eksternal masih kembali lagi tentang Amerika dan juga Eropa,” kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityswara saat ditemui di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat (23/10).
Mirza menuturkan faktor eksternal masih tentang kemungkinan besar pada Oktober ini tidak ada kenaikan tingkat suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS The Fed.
“Ya memang kita juga masih menunggu kebijakan The Ded, tapi kan memang masih tercerna saat ini jika kuartal empat tidak terjadi kenaikan suku bunga Amerika itu, walaupun masih ada pernyataan-pernyataan di negara bagian berbeda satu sama lain,” ujar Mirza.
Sementara itu, lanjutnya, Gubernur Bank Sentral Eropa menyatakan siap melakukan tambahan stimulus moneter untuk mendongkrak ekonomi Eropa.
Untuk faktor internal sendiri, menurut Mirza, konsistensi pemerintah yang berkomitmen untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui deregulasi, debirokratisasi serta mendorong investasi dinilai mulai mampu meyakinkan pelaku pasar.
“Intinya sih ada paket 1-5 mudah-mudahan ini terus bertambah yang menunjukkan kepada pasar bahwa pemerintah semakin serius,” kata Mirza.
Ia juga menilai penghapusan pajak ganda untuk kontrak investasi kolektif dari dana investasi real estate atau yang biasa disebut REITs (Real Estate Investment Trust), juga akan mampu mendorong arus modal masuk (capital inflow) sehingga juga akan berpengaruh positif terhadap rupiah.
Berdasarkan kurs JISDOR BI, nilai tukar rupiah per dolar AS mencapai Rp13.491, menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp13.640 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka