Jakarta, Aktual.com — PT Pertamina (Persero) menargetkan dapat menjual sebanyak 100 ribu tabung Bright Gas berukuran 5,5 kilogram hingga akhir 2015.

“Tahun ini tinggal dua bulan, 100 ribu targetnya terjual hingga akhir tahun,” ujar Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang saat peluncuran Bright Gas di Jakarta, Jumat (24/10).

Ia mengatakan dengan jumlah tersebut, sebanyak 550 ton LPG bersubsidi dapat dikurangi hingga akhir tahun.

“LPG 3 kg subsidinya lebih dari Rp6.000 per tabung, per kilo lebih dari Rp2.000 subsidinya. Rp2.000 kali 550 ton sudah Rp1 triliun lebih bisa diambil,” tutur dia.

Dalam satu tahun pertama, pihaknya menargetkan pengguna LPG 3 kg yang beralih ke 5,5 kg sebanyak lima persen dan 23 persen dalam lima tahun.

Untuk menjalankan rencana tersebut, ujar Ahmad, Pertamina menyediakan tabung Bright Gas 5,5 kg dengan perbandingan satu banding 2,5 tabung yang dipakai dan total keseluruhan untuk menghindari kekosongan.

Untuk harga, ia menuturkan dibanderol Rp62 ribu di agen dan diharapkan sampai ke konsumen tidak lebih dari Rp70 ribu. Sedangkan melalui SPBU dan minimarket, harganya sebesar Rp66 ribu. Untuk pembelian dan pengisian di SPBU dan minimarket sebesar Rp326 ribu per tabung.

“Ada kemungkinan harga turun kalau nilai tukar dolar bagus,” tutur dia.

Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengapresiasi program LPG terbaru yang merupakan produk inovasi dan kreativitas PT Pertamina (Persero) tersebut.

Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja menuturkan Bright Gas 5,5 kg berpotensi mengurangi subsidi LPG 3 kg hingga Rp3 triliun per tahun jika pengguna yang beralih mencapai 20 persen.

“Kalau sampai 20 persen migrasi dari LPG 3 kg ke 5,5 kg, subsidi bisa berkurang hampir Rp3 triliun sehingga dana bisa digunakan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur,” tutur dia.

Ia menuturkan selama ini subsidi LPG 3 kg sebesar Rp26 triliun per tahun, sehingga pengurangan biaya subsidi Rp3 triliun per tahun dapat dimanfaatkan untuk program lain, seperti pengentasan masyarakat miskin dan pembangunan.

“Subsidi BBM dialihkan untuk pembangunan misalnya, sekarang belum terasa, tetapi nanti infrastruktur yang terbangun semakin banyak,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan