Jakarta, Aktual.com — Setidak-tidaknya 28 orang tewas dalam pengeboman bunuh diri di masjid di Maiduguri, Nigeria timurlaut, Jumat (23/10), sehingga kembali menimbulkan kekhawatiran setelah beberapa serangan serupa sebelumnya.
Serangan itu terjadi tak lama sesudah pukul 05.00 waktu setempat di kawasan Jidari, ibukota provinsi Borno, yang sebelumnya menjadi sasaran serangan pegaris keras Boko Haram.
Maiduguri sepanjang Oktober sudah enam kali diserang, yang menewaskan 76 orang, kata catatan AFP, menegaskan peningkatan bahaya bagi warga setelah serangan serupa di propinsi tetangganya dan di dekat ibukota, Abuja.
Umar Sani, relawan pembantu militer dalam tindakan menumpas pemberontakan, dan warga lokal Musa Sheriff mengatakan kepada AFP, terjadi dua ledakan di masjid itu.
“Orang dari masjid dekat tempat itu segera datang untuk membantu korban,” kata Sani.
“Saya ikut dalam evakuasi. Kami menghitung 2 mayat selain mayat dua pengebom, yang bisa dikenali dari tubuh mereka yang terpotong-potong,” katanya, “Lebih dari 20 orang cedera.” Sheriff yang mengaku selamat karena terlambat datang untuk salat memberikan kesaksian serupa.
Kedua pria itu mengatakan dua orang lagi ditangkap dan diserahkan ke militer untuk diambil keterangannya, setelah mereka nampak seperti merayakan sesuatu setelah ledakan itu.
Kedua pria itu “berdiri di kejauhan, saling berpelukan seperti merayakan sesuatu, berteriak Allahu Akbar” (Allah Maha Besar)”, kata Sani.
“Para penyelamat menangkap mereka. Mereka menggunakan tali untuk mengikat keduanya dan mereka membenarkan bahwa dua rekan mereka melakukan serangan itu. Mereka tidak menyesal,” imbuh dia.
“Bagi mereka ini adalah misi yang terlaksana,” kata Sheriff.
Kekhawatiran keamanan Laporan awal mengenai serangan itu dari Badan Manajemen Kedaruratan Nasional (NEMA) Nigeria mengatakan hanya enam orang tewas dan 17 lainnya cidera.
Sumber kesehatan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Maiduguri dan Rumah Sakit Spesialis Provinsi Borno kemudian memberikan jumlah korban tewas yang lebih sedikit sebanyak 19 orang.
Perbedaan data jumlah korban tewas seringkali terjadi, dan pernyataan pejabat pemerintah sering merendahkan jumlah korban.
Militer Nigeria mengakui sejumlah keberhasilan melawan Boko Haram, merebut kembali wilayah yang dikuasai militan pada 2014, serta adanya penyerahan diri massal para petempur.
Pejabat tinggi menilai, peningkatan pengeboman bunuh diri terhadap sasaran empuk merupakan pertanda keputusasaan kelompok pemberontak.
Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mengatakan militer sudah berjalan di jalur yang tepat untuk memenuhi batas waktu akhir tahun mengakhiri pemberontakan yang sudah berlangsung selama enam tahun.
Setidak-tidaknya 17 ribu orang tewas dan lebih dari 2,5 juta lainnya kehilangan tempat tinggal akibat kekerasan yang terjadi, yang menyebar hingga negara-negara tetangga di Niger, Chad, dan Kamerun.
Namun, pengeboman terbaru di Maiduguri akan menimbulkan pertanyaan mengenai, bagaimana militan mampu menjalankan serangan itu secara rutin.
Serangan pada Jumat itu sesuai dengan pola yang menyasar tempat-tempat ibadah dan lokasi kerumunan massa seperti pasar dan terminal bus, dengan menggunakan pengebom lebih dari satu untuk memaksimalkan jumlah korban.
Pada 1 Oktober, gelombang serangan dan pengeboman bunuh diri menewaskan 10 orang di kawasan Simpang Ajilari di kota itu, yang pada 13 Oktober kembali diserang dan menewaskan empat orang.
Pada 15 Oktober, dua pengebom bunuh diri menyerang sebuah masjid di Molai di pinggiran Maiduguri dan menewaskan 30 orang.
Keesokan harinya, tiga pengebom melancarkan serangan beberapa saat sebelum salat subuh di dekat Umarari. Empat orang tewas.
Akhir pekan lalu, tentara menggagalkan dugaan serangan bunuh diri di markas militer utama di kota itu.
Boko Haram –menggunakan nama Negara Islam Provinsi Afrika Barat– mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan bom bunuh diri di dekat Abuja pada 2 Oktober yang menewaskan 18 orang.
Lima tersangka dihadapkan ke pengadilan pada Kamis terkait ledakan-ledakan tersebut.
Artikel ini ditulis oleh: