Jakarta, Aktual.com — Warga di 22 desa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, yang dilanda kekeringan rela mengantre untuk mendapatkan air bersih karena debit air di sejumlah sumber mata air menyusut.

Warga Desa Bligorejo, Kecamatan Doro, Saputro di Pekalongan mengatakan, sudah empat bulan terakhir ini warga kesulitan mendapatkan air bersih karena debit air sumur maupun sumber mata air lainnya menyusut.

“Kami juga harus rela antre jika ingin mendapatkan air bersih karena jumlah sumber mata air tidak sebanding dengan jumlah warga yang membutuhkan air,” kata dia, Minggu (25/10).

Musim kemarau yang melanda di desanya, kata dia, warga terpaksa mandi di sendang atau mata air di pinggiran hutan yang harus ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 1 kilometer.

“Adapun untuk penggunaan air minum dan memasak, warga harus bisa menghemat,” katanya.

Kepala Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pekalongan Bambang Sudjatmiko mengatakan, hingga kini tercatat 22 desa di 12 kecamatan yang sudah mengajukan bantuan “dropping” air bersih.

“Dampak musim kemarau pada tahun ini memang berbeda dengan tahun sebelumnya. Jika pada tahun lalu, hanya empat desa. Kini, mencapai 22 desa,” katanya.

Beberapa desa yang dilanda kekeringan itu, antara lain Desa Ujungnegoro, Kesesi, Pantianom, Klunjukan, Purworejo, Rowocacing, Jeruksari, Limbangan, Pododadi, Kayugeritan, Legokalong, Harjosari, Lemahabang, Kutorojo, Pekiringan Alit, Kalijoyo, dan Luragung.

Kemudian, Desa Kandangserang, Bojongkoneng, Lambanggelun, Jelun, dan Krompeng, serta sejumlah desa di wilayah atas Kabupaten Pekalongan.

“Di Kecamatan Kandangserang yang berada di wilayah atas Kabupaten Pekalongan ini, hampir semua desa mengalami kekeringan. Akan tetapi, ada 11 desa dari 13 desa yang yang tidak bisa terjangkau mobil air bersih karena lokasinya sulit dilalui kendaraan,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby