Jakarta, Aktual.co — Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2016 dapat mencapai 6-6,6 persen dengan peningkatan kualitas dan optimalisasi belanja negara, serta tetap mengupayakan efisiensi fiskal melalui penurunan defisit anggaran. Pasalnya, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang ada di 5,2 persen.
“Kami sampaikan indikasi awal untuk proyeksi pagu indikatif 2016 adalah pertumbuhan ekonomi 6-6,6 persen,” kata Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani di Jakarta, Rabu (8/4).
Ia memperkirakan, akan terjadi sejumlah peningkatan alokasi APBN 2016 untuk belanja infrastrukur, pendidikan, kesehatan, serta perlindungan sosial.
“Hal itu sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019,” katanya.
Dia menuturkan, alokasi dana desa, juga akan ditingkatkan pada 2016 dari Rp20,7 triliun pada APBN Perubahan 2015.
Namun, lanjutnya, besarannya tergantung efektivitas dan penyerapan anggaran pembangunan desa itu pada 2015.
“Belanja kementerian/lembaga dihitung dengan memperhatikan kinerja penyerapan 2014, proyeksi 2015, dan rencana tahun 2016 dan untuk mendukung pencapaian Nawacita dan Trisakti,” kata dia.
Untuk mendukung ruang fiskal yang memadai pada 2016, Askolani mengatakan, pemerintah akan terus menggenjot penerimaan perpajakan dan penerimaan nonpajak pada 2015.
Upaya tersebut antara lain optimalisasi penerimaan pajak untuk mencapai target 2015 sebesar Rp1.294 triliun, dengan rasio pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 15 persen.
“Kemudian dari nonpajak, kita berharap dengan penemuan cadangan minyak baru untuk meningkatkan ‘lifting’ minyak bumi dan peningkatan pendapatan sumber daya alam nonmigas,” kata dia.
Askolani juga menuturkan, dengan proyeksi tercapainya target pendapatan 2015 dan efesiensi belanja fiskal pada 2016, pemerintah juga akan menekan defisit APBN dari level 1,9 persen pada 2015.
Namun, dia enggan menyebutkan berapa target penurunan defisit anggaran tersebut.
“Rasio defisit akan diturunkan untuk menjaga ‘sustainabilitas’ fiskal,” kata dia.
Selain pertumbuhan ekonomi 6-6,6 persen, pemerintah juga memproyeksikan asumsi makro pada 2016 yakni laju inflasi 3-5 persen, tingkat bunga SPN 3 bulan 4-6 persen, nilai tukar rupiah Rp12.700-Rp13.100/dolar AS, harga minyak mentah Indonesia 60-80 dolar AS per barel, “lifting” minyak 830-850 ribu barel per hari, dan “lifting” gas 1,1-1,2 juta barel setara minyak per hari.
Perkiraan tersebut, kata Askolani, dapat saja berubah hingga Presiden Joko Widodo menyampaikan asumsi makro secara resmi pada pembahasan Rancangan APBN 2016 di Dewan Perwakilan Rakyat pada Agustus 2015.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka
















