Jakarta, Aktual.com — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mengakibatkan luas gambut berkurang hingga dapat berdampak negatif pada lingkungan.

“Dampak lingkungan yang ditimbulkan cukup besar berupa terlepasnya emisi gas karbondioksida,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Sabtu (31/10).

Dia menambahkan, gas karbondioksida akan menyumbang emisi gas rumah kaca yang berujung pada pemanasan global.

“Wilayah yang ekosistem hutan gambutnya terbakar juga akan memicu permasalahan baru,” katanya.

Pada saat musim kemarau, kata dia, bahaya kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan akan mengancam.

“Sementara pada musim penghujan akan menimbulkan bahaya banjir,” katanya.

Sementara itu, luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sekitar dua juta hektare.

“Perkiraan kami bisa lebih lagi, karena pendataan masih terus berjalan,” katanya.

Ditambah lagi, masih ada titik kebakaran hutan dan lahan yang belum padam sehingga belum terdata.

Dia menjelaskan, hutan dan lahan yang terbakar diantaranya adalah lahan milik masyarakat, korporasi hingga kawasan konservasi, taman nasional dan lain sebagainya.

Dia juga menambahkan, sebaran titik api atau hotspot kebakaran hutan dan lahan hingga Okober 2015 yaitu 32 persen berada di kawasan hutan non konsesi.

“Sementara itu, 20 persen HTI, 20 persen sawit, 23 persen area penggunaan lain dan lima persen lain-lain,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: