Jakarta, Aktual.com — Di awal bulan November pelaku pasar tentu mencermati rilis data-data makroekonomi yang tidak hanya di dalam negeri maupun luar negeri. Termasuk juga pergerakan dari laju Rupiah yang masih dikhawatirkan bergerak melemah.
“Data-data yang dirilis BPS diharapkan memberi angin segar pada pasar obligasi. Jika sentimen positif maka membantu laju pasar obligasi berbalik menguat. Namun demikian, perlu sekiranya diwaspadai jika nantinya ada potensi pelemahan lanjutan,” ujar kepala riset NHKSI, Reza Priyambada di Jakarta, Senin (2/11).
Dirinya mengharapkan penguatan dapat kembali terjadi seiring masih adanya seri-seri obligasi yang masih di bawah harga par nya.
“Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang di kisaran ±50 hingga 95 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada,” jelasnya.
Selain itu, Pemerintah Indonesia akan melakukan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 3 November 2015.
Seri-seri SBSN yang akan dilelang adalah SBSN berbasis proyek (Project Based Sukuk) yaitu seri PBS006 (reopening) dengan waktu jatuh tempo 15 September 2020 memiliki imbalan 8,25%, PBS009 (reopening) dengan waktu jatuh tempo 25 Januari 2018 memiliki imbalan 7,75%, dan PBS011 (new issuance) dengan waktu jatuh tempo 15 Agustus 2023 memiliki imbalan fixed rate.
Sukuk Negara dengan seri SPN-S 04052016 (new issuance) dengan waktu jatuh tempo 4 Mei 2016 memiliki imbalan diskonto untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka