Jakarta, Aktual.com — Delegasi FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional) rencananya bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara siang ini, Senin (2/11). Mereka adalah James Johnson, HRH Prince Abdullah Shah, Mariano Araneta, Sanjeevanc Balasingam, Windsorpaul John, Kozho Tashima, dan Kazumi Shimizu.

Kehadiran mereka untuk membahas sanksi FIFA terhadap PSSI yang dijatuhkan melalui surat tertanggal 30 Mei 2015 lalu. Hukuman ini terkait intervensi pemerintah melalui surat keputusan Menpora terkait pembekuan PSSI pada 17 April 2015.

Terkait kedatangan FIFA ini, Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan, sejak awal sebenarnya sudah mengingatkan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla agar melaksanakan kerja-kerja utamanya sebagai Presiden dan Kepala Negara. Bukan sebaliknya, mengurus hal-hal yang sebenarnya bukan kerja utamanya.

“Banyak pekerjaan yang jauh lebih besar untuk segera diselesaikan, dari masalah asap hingga kondisi perekonomian nasional, yang kita sebagai warga negara tidak bisa menangani. FIFA akan segera datang, Pak Jokowi segeralah berhenti. Uruslah yang menjadi tugas utamamu,” tegasnya kepada Aktual.com beberapa waktu lalu.

Ia menyinggung gegap gempita Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden. Dimana pada gelaran tersebut menyuguhkan ‘adegan’ lucu pemimpin di negeri ini. Jokowi yang juga mantan Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta melakukan seremoni tendang bola ditengah lapangan.

Kemudian, pada puncaknya di Stadiun Gelora Bung Karno pengamanan dilakukan sedemikian rupa seakan-akan negara dalam keadaan genting. Saking gentingnya, pengamanan sampai ditingkatkan pada status siaga satu. Sementara bencana kebakaran lahan dan hutan yang nyata-nyata sudah menelan korban tidak ada peningkatan status penanganannya.

“Ini sepakbola terpimpin, ga biasa, biasanya kan demokrasi terpimpin. Inilah kali pertama dalam sejarah republik ini pemerintah mengambil-alih sepakbola,” sindir Hinca

“Kita ketawa-ketawa saja melihatnya, itu kan urusan PSSI. Sepakbola kita ini sekarang layaknya penyakit kusta. Kita tidak bisa main diluar, orang (negara) lain tidak bisa main disini,” sambung dia.

Hinca yang juga Wakil Ketua Umum PSSI itu menyatakan bahwa sepakbola adalah urusan PSSI. Lalu, dengan diambil-alihnya sepakbola oleh pemerintah per 17 April 2015, secara langsung pemerintah Indonesia mendudukkan posisinya sendiri sejajar dengan persatuan sepakbola dari negara lain.

Bahkan, hari ini rakyat Indonesia diperlihatkan secara langsung akan posisi pemerintahan Jokowi dengan FIFA. Hal yang disebutnya memprihatinkan, sebab ternyata Indonesia tidak lebih superior dari sebuah yayasan sepakbola dunia yang bermaskas di Swiss bernama FIFA.

“Sepakbola itu milik FIFA bukan milik Indonesia. Indonesia lewat PSSI. Anggota FIFA itu bukan Negara RI, tetapi PSSI. Anda lihat sendiri kan, FIFA, itu yayasan sepakbola dunia di Swiss, yang menghukum Indonesia,” tutup Hinca.

Artikel ini ditulis oleh: