Jakarta, Aktual.com — Pihak kepolisian dinilai mencari muka kepada penguasa di negeri ini. Pasalnya, sikap yang ditunjukan pihak kepolisian dalam mengusut penyebaran foto Presiden Jokowi dengan suku anak dalam yang heboh di media sosial terlalu berlebihan.

Penilaian tersebut disampaikan ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane ketika dimintai pendapatnya terkait Polri yang terlalu aktif dalam menusut foto rekayasa Presiden Joko Widodo bersama Suku Anak Dalam yang beredar di sosial media, Selasa (3/11).

“Saya melihat para elit Polri sedang mencari muka ke penguasa terkait penyebaran foto Jokowi dengan suku anak dalam. Hal seperti ini harus dihentikan karena bisa merusak prosesionalisme polri,” ujar dia.

Neta pun mengingatkan, agar Polri tidak larut dalam budaya cari muka. Jika itu terjadi mereka akan mudah diintervensi oleh kekuasaan. Polisi sampai kapanpun tidak akan menjadi aparat penegak hukum yang profesional.

“Jika larut dalam budaya cari muka, mereka akan diintervensi kekuasaan,” kata dia.

Penyebaran foto tersebut menurut Neta kalaupun ingin dijadikan kasus adalah delik aduan. Polri menurutnya tidak bisa pro aktif menangani kasus tersebut tanpa adanya laporan dari pihak yang dirugikan dalam hal ini presiden Jokowi.

“Jika Presiden Jokowi tidak melaporkan hal ini,maka polri tidak bisa memproses hal ini,” kata dia.

Sebelumnya beredar foto Presiden Joko Widodo atau Jokowi berdialog dengan Suku Anak Dalam di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi, Jumat, 30 Oktober 2015.

Foto yang beredar di media sosial itu menunjukkan dua peristiwa, pertama ketika Jokowi berbicara dengan warga. Foto itu menunjukkan Jokowi berdialog dengan warga di rumah singgah suku anak dalam. Warga mengenakan pakaian lengkap tertutup.

Foto lainnya, menunjukkan Jokowi berbicara dengan warga yang dikenal Suku Anak Dalam Jambi, hanya mengenakan penutup seadanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu