Jakarta, Aktual.com — Mantan Deputi Pengembangan SKK Migas, Aussie B. Gautama mengatakan bahwa Pemerintah akan kehilangan potensi pendapatan (opportunity loss) sebesar USD 4 miliar setiap tahun atas keterlambatan penyelesaian proyek pengembangan lapangan gas Abadi blok Masela, di lepas pantai Maluku.
Berdasarkan data SKK Migas, dalam rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) INPEX Corporation, selaku operator blok Masela akan menggelontorkan investasi (Capex & Opex) sebesar 30 miliar dollar AS. Modal tersebut paling tidak akan menghasilkan 113 miliar dollar AS sepanjang proyek berlangsung.
“Sesuai rencana, pada tahun 2024 FLNG Abadi mulai beroperasi (onstream) dan menghasilkan gas sebesar 1.200 mmscfd (juta kaki kubik per hari), dan kondensat 24.000 bpd (barel per hari), yang akan menghasilkan sekitar USD4 miliar per tahun,” kata Aussie kepada wartawan di Jakarta, Selasa (3/11).
Untuk itu, lanjut dia, setiap keterlambatan satu tahun penyelesaian proyek, maka pemerintah Indonesia akan kehilangan potensi pendapatan (opportunity loss) sebesar USD 4 miliar.
“Kemudian, apa yang terjadi dengan KKKS ini? KKKS ini ‘di-kepret’. Padahal KKKS ini termasuk KKKS yang masuk kategori baik,” ucapnya.
Ia menambahkan, buktinya, tahun 1998 INPEX menang tender blok Masela, dan tahun 1999 INPEX langsung bekerja dengan melakukan survei seismik. Pada akhir tahun 2000 langsung melakukan pengeboran eksplorasi pertama di Sumur Abadi-1.
“Hanya untuk program pengeboran eksplorasi saja INPEX telah menghabiskan modal lebih dari USD100 juta,” imbuhnya.
Menurutnya, apapun yang dilakukan oleh KKKS harus mendapat persetujuan dari SKK Migas. Ketika INPEX diminta untuk melakukan studi untuk FLNG kapasitas 2,5 mtpa (juta ton per tahun), INPEX telah menghabiskan biaya sebesar 270 juta dollar AS.
“Dan itu tidak bisa di-cost recovery, karena studi itu tidak dimanfaatkan,” terang Aussie.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka