Jakarta, Aktual.co — Ketua Komisi VI DPR RI Hafisz Tohir mengatakan Pertamina mengalami USD700 juta target yang tercecer sampai bulan Maret dengan kerugian USD212 juta hingga bulan Februari 2015. Menurutnya, pertamina akan merugi USD1 miliar (Rp13 Triliun kurs Rp13.000) hingga akhir tahun jika tidak merubah perhitungan dengan cara yang efisien.
“Ada kerugian USD212 juta. Kalau kita hitung target keuntungan Pertamina per bulan Maret itu USD500 juta. Artinya ada target yang terececer USD700 juta,” ujar Ketua Komisi VI Hafisz Tohir di Jakarta, Selasa (7/4).
Menurutnya, Pertamina telah merugi USD712 juta berdasarkan perhitungan kerugian dari laba bersih USD210 juta ditambah dengan target yang tidak tercapai USD502 juta.
“Jadi minus USD210 juta dan positif USD502 juta itu nggak tercapai selisih nya itu, yang gap nya itu USD712 juta. Ini akan cenderung terus sampai akhir tahun di medium semester kedua di kuartal ke-3 tahun 2015. Kalau bulan Desember dirata-rata maka bisa saja pertamina menelan kerugian hingga USD1 miliar. Dirut Pertamina harus mengubah cara pikirnya dengan cara-cara yang efisien,” ujar Hafisz di DPR, Jakarta, Selasa (7/4).
Hafisz menuturkan, sebetulnya pertamina sudah memiliki target fokus kerja 2015 dengan cara mengefisiensikan kilang-kilang yang ada kemudian mencari alternatif pembelian BBM. Memperbaiki industri hilir dan mempercepat basis industri hulu-nya. Namun, Pertamina lambat dalam pembangunan kilang-kilang baru. Jika, terealisasi maka Indonesia tidak perlu lagi impor minyak karena sudah mampu memproduksi sendiri.
“Jadi Pertamina dalam hal penyediaan di sektor hulu juga lambat belum lagi kilang-kilang kita itu semua modelnya tahun 70-80an jaman pak Harto masih dipakai, jadi kilang kita hanya mampu memproduksi RON 88 itupun dengan cara mengoplos RON 92 dengan RON 70,” jelasnya.
Apabila kilang yang dimiliki rusak, maka Pertamina akan kesulitan menyediakan kebutuhan BBM. Pasalnya tidak ada lagi pasar yang menjual RON88 premium. Maka Pertamina harus membangun kilang agar target 1,5 juta barrel per dollar bisa memproduksi di dalam negeri tidak lagi kita beli minyak dari singapura,” jelasnya
Sementara itu, Hafisz menghimbau pertamina fokus keperusahaan inti agar efisiensi bisa terlaksana. Anak perusahaan yang tidak terkait langsung dengan bisnis inti diminta diserahkan saja pada negara atau di kerjasamakan dengan perusahaan sejenis yang ada.
“Pertagas itu ngapain? sudah ada PGN kok pertamina bikin Pertagas lagi. Kan nggak efisien toh ini kan negara semua yang miliki jadi nggak ada kerugian disitu. Itu yang saya liat secara makro,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka













